Senin 14 May 2012 21:26 WIB

Minioritas Muslim Migran di Amsterdam (2)

Rep: Prima Restri Ludfiani/ Red: Chairul Akhmad
Islamitisch College Amsterdam di Distrik Slotervaart, Amsterdam, Belanda.
Foto: rijnlandmodel.nl
Islamitisch College Amsterdam di Distrik Slotervaart, Amsterdam, Belanda.

REPUBLIKA.CO.ID, Sedangkan laman www.euro-islam.info merujuk pada sebuah riset di Amsterdam menggambarkan bahwa wirausaha adalah kegiatan yang dijadikan sumber penghasilan bagi komunitas Muslim asal Mesir, Pakistan dan India.

Sebagian wirausaha yang mereka lakukan berskala kecil. Dan dua pertiga dari mereka menjalankan bisnis sendiri atau tidak bekerjasama dengan pihak lain. Sedangkan 44 persen Muslim bekerja pada perusahaan dagang milik orang Belanda.

Dan tercatat hanya lima persen dari usaha dagang kaum Muslim memiliki badan hukum dan mendapatkan status BV.

Meski begitu, sebagai kelompok minoritas, Muslim di Amsterdam juga sangat rentan terhadap diskriminasi. Salah satu diskriminasi yang mereka terima adalah perbedaan standar upah kerja.

Upah kerja Muslim berbeda dengan upah kerja warga Belanda non-Muslim. Hal ini dibuktikan dalam sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2002 oleh Universitas Amsterdam.

Dalam studi itu ditemukan bahwa pekerja Muslim hanya diberi upah 13,2 euro per jam sedangkan warga non-Muslim asli Belanda dibayar sebesar 14,9 euro per jam. Meski keduanya melakukan jenis pekerjaan yang sama dengan lama waktu yang sama.

Pendidikan dasar hingga tinggi bagi Muslim Amsterdam

Kota Amsterdam memiliki Sekolah Dasar (SD) sebanyak 190 dan SD anak berkebutuhan khusus sebanyak 28. Hingga 2002, tercatat dari 190 sekolah dasar, delapan di antaranya adalah SD Islam. Salah satunya berada di Distrik Slotervaart.

Sedangkan dari 66 sekolah menengah (jika di Indonesia setara dengan SMP hingga SMA), satu di antaranya sekolah menengah Islam dikenal dengan nama Islamic College of Amsterdam atau Islamitisch College Amsterdam (ICA) yang letaknya juga di Slotervaart.

Tidak ada data pasti berapa banyak siswa Muslim di Amsterdam karena data tidak memberi tentang latar belakang agama. Laman www.soros.ord mencatat di Amsterdam pada 2006 terdapat 101.592 anak usia 4-17 tahun. Dari jumlah ini 18,128 anak adalah keturunan Maroko dan 9.819 keturunan Turki.

Sementara di Distrik Slotervaart sendiri terdapat 7.985 anak dalam rentang usia 5–17 tahun. Dari jumlah total ini, 2.041 keturunan Maroko dan 1.024 keturunan Turki.

Data tambahan menyebutkan jumlah siswa yang hadir di sekolah Islam di Slotervaart sebanyak 10.059. Jumlah ini lebih banyak dari total anak Muslim di Slotervaart, karena banyak siswa dari luar distrik bersekolah di sini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement