Rabu 23 May 2012 14:58 WIB

Dandan Sebelum Sekolah, Anita tak Pulang Dua Pekan

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Hafidz Muftisany
Anak Hilang (ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Anak Hilang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tak biasa, Anita Larasati Aryanti (14 tahun) berdandan cantik sebelum berangkat sekolah. Namun justru itu jadi kali terakhir orang tuanya melihat wajah Anita, dua pekan putri semata wayang tersebut tak kunjung pulang ke rumah.

Anita pamit terakhir ke sekolah pada Selasa (2/5) lalu. Orang tuanya, Ariyono Setiawan dan Rusmiyati mulai panik siang hari sekitar pukul 14.00 WIB. "Biasanya jam satu sudah sampai rumah. Sampai malam saya tambah panik. Saya hubungi saudara-saudara," ujar ibunda Anita, Rabu (23/5).

Semalaman, tak ada tanda-tanda kepulangan Anita. Rusmiyati pun pergi ke sekolah putrinya, SMP N 16 di keesokan hari. Bukan berjumpa dengan putrinya, Rusmiyati justru kaget mendapat kabar absen Anita selama empat bulan. "Saya tanya temen Anita, katanya sudah empat bulan Anita gak masuk sekolah," tuturnya menangis.

Tak ada tanda pamit dari Anita. Semalam sebelum menghilang tak ada hal aneh yang terjadi di rumah. Tetapi, kata Rusmiyati, putrinya memang bertingkah aneh bebera bulan terakhir. Setiap berangkat ke sekolah, Anita selalu mengenakan riasan. "Pamit ke sekolah, dia dandan, pake kuku palsu," katanya.

Selama dua minggu, ortu Anita memilih mencari putri mereka sendiri dan tidak melaporkannya pada polisi. Bantuan paranormal lebih dipercaya mereka. Namun Anita tak kunjung ditemukan. "Karena bingung, akhirnya kita melaporkan ke polisi," kata ibunda Anita.

Kepala Divisi Informasi dan Dokumentasi LSM LRC KJHAM Irene Kurnia Arifajar mengatakan, kasus hilangnya anak remaja usia SMP dapat didasari beberapa alasan. Diantaranya yakni dia pergi bersama pacar, atau pergi bersama orang yang baru dikenal lewat social media atau sarana lain seperti handphone, atau dapat pula pergi bersama orang yang baru dikenal. Irene juga mengatakan, kekhawatiran yang muncul ketika remaja hilang ialah kasus kekerasan dan trafficking.

"Setiap kali ada kasus anak hilang selalu berkaitan dengan kekerasan seksual. Bukan hanya oleh orang yang membawanya, tapi bahkan sampai kasus trafficking atau penjualan orang hingga menjadi PSK," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement