REPUBLIKA.CO.ID, Bagi dokter, tidak ada kata menyerah. Petunjuk dan arahannya merupakan rambu-rambu yang tidak bisa dilanggar.
"Soal medis, dokter sama kedudukannya dengan seorang raja, ia bisa mengeluarkan perintah dan lazim ditaati, tetapi tidak bisa diperintah," demikian Ar-Razi memberikan saran menghadapi golongan-golongan elite itu.
Kerap berinteraksi dengan berbagai tipe dan karakter pasien, dokter dituntut memiliki wawasan yang luas, demikian ungkap tokoh yang disebut-sebut sebagai Galenus Arab itu.
Menurutnya, penguasaan dokter terhadap bidang yang ditekuni dan diperkuat dengan disiplin ilmu lainnya akan sangat membantu mempererat dan menambah kepercayaan pasien terhadapnya.
Masyarakat memosisikan dokter sebagai pakar dan ahli berbagai penyakit dan mampu menyembuhkannya. Sama halnya ketika mereka yakin betul bila seorang mendaulatkan diri sebagai seorang dukun atau paranormal, maka pasti dianggap mengetahui segala hal, tak terkecuali perkara yang ghaib.
Maka menjadi keniscayaan bagi dokter agar terus memperbanyak wawasan dan memperdalam ilmunya. Hal ini bisa dilakukan dengan berkonsultasi pada pakar yang lebih ahli ataupun dilakukan secara otodidak melalui telaah referensi-referensi utama kedokteran.
Penulis kitab kedokteran monumental bertajuk Al-Hawi itu mengingatkan kategorisasi penyakit. Secara garis besar, jenis penyakit—dilihat dari segi kemungkinan sembuh atau tidaknya—dibagi menjadi tiga. Pertama, penyakit yang tergolong jenis yang sangat mungkin sembuh. Contohnya seperti demam atau sakit kepala akibat sengatan sinar matahari.
Kedua ialah penyakit yang relatif mungkin sembuh dengan penanganan yang intensif, seperti penyakit demam akibat trombosit turun atau faktor kelelahan. Sedangkan, kategori yang terakhir ialah penyakit yang tipis kemungkinannya untuk sembuh seperti kanker. "Bila penyakit tetap sulit diobati, maka kondisi semacam ini di luar batas kemampuan dokter," tulis Ar-Razi.