Rabu 06 Jun 2012 19:45 WIB

Tegaknya Syariat Islam di Mauritania (2)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
 Masjid Jami' di Nouakchott, Mauritania.
Foto: wikipedia.org
Masjid Jami' di Nouakchott, Mauritania.

REPUBLIKA.CO.ID, Islam berkembang di Mauritania secara sempurna ketika Dinasti Almoravids (al-Murabitun) menguasai Mauritania pada abad ke-11, dan berhasil menaklukkan Sudanese Kingdom dari Ghana.

Daerah kekuasaan Dinasti Almoravids akhirnya menyebar hingga ke seluruh kawasan Afrika Utara. Namun pada akhirnya, Almoravids ditaklukkan oleh Bani Hassaniyah pada abad ke-16, dalam peperangan yang terkenal dengan Perang 30 Tahun di Mauritania pada 1644 sampai dengan 1674.

Prancis masuk ke Mauritania pada abad ke-20, yaitu pada 1903, dan menjadikan Mauritania sebagai negara proktetorat Prancis dengan nama 'The Moorish Country'. 

Mauritania dan akhirnya menjadi koloni Prancis pada 1920. Pada 1958, Mauritania diberi kewenangan untuk membentuk pemerintahan sendiri dan diikuti dengan kemerdekaan pada 28 November 1960.

Sejak awal kemerdekaan sampai dengan tahun 1978, Republik Islam Mauritania dipimpin oleh presiden dari kalangan sipil. Namun, setelah kudeta oleh militer pada 1979, hingga kini rezim yang berkuasa di Mauritania sebagian besar berasal dari kalangan militer, kecuali Presiden Sidi Ould Cheikh Abdallahi.

Kepemimpinan Sidi pun berakhir setelah ia dikudeta dan ditangkap oleh junta militer. Sidi memerintah dari 19 April 2007 sampai 6 Agustus 2008.

Pasca tragedi WTC

Namun, menyusul peristiwa serangan ke menara kembar WTC di New York, Amerika Serikat, pada 11 September 2001 silam, Pemerintah Mauritania tidak ingin dijadikan sasaran kemarahan Barat, sebab Mauritania adalah negara Islam.

Karenanya, seluruh kegiatan keagamaan di Mauritania berada di bawah pengawasan Kementerian Pengembangan dan Kebudayaan Islam. Dengan begitu, pemerintah akan mudah mengontrol, apakah kehidupan keberagamaan di Mauritania masih tetap moderat atau sudah sampai pada tahap ekstrem. Karena perlu diingat, bahwa Pemerintah Mauritania mempunyai kedekatan hubungan baik dengan Amerika Serikat maupun Israel.

Sudah menjadi hal yang umum jika sikap ambivalen politik luar negeri Amerika Serikat, yang dianggap sangat memusuhi Islam, mendorong kebencian di kalangan generasi muda Islam di berbagai belahan dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement