REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI---Kantor misi diplomatik AS di kota Benghazi, Libya timur, diserang pada malam hari, namun tidak ada korban, kata sejumlah sumber keamanan dan kedutaan.
"Terjadi serangan larut malam kemarin terhadap kantor AS di Benghazi," kata seorang pejabat Kedutaan Besar AS, dengan menambahkan bahwa hanya pintu gerbang yang rusak dan tidak ada korban.
Ia menyatakan, bom rakitan digunakan dalam serangan terhadap kantor perwakilan AS itu, yang dibangun setelah pemberontakan 2011 terhadap Muamar Qadafi dan tetap dibuka untuk membantu peralihan demokratis di Libya.
"AS mengecam serangan terhadap misi diplomatiknya di Benghazi," kata pejabat itu, dengan menambahkan bahwa permohonan telah diajukan kepada pihak berwenang Libya agar meningkatkan pengamanan pada fasilitas-fasilitas AS di negara Afrika utara tersebut.
Menurut pejabat AS itu, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Namun, seorang pejabat keamanan di Benghazi mengatakan, serangan itu diklaim oleh Kelompok Tahanan Omar Abdelrahman, yang meninggalkan sepucuk surat "yang mengancam kepentingan AS" di Libya.
Pada 22 Mei, kelompok itu mengklaim serangan terhadap kantor Komite Internasional Palang Merah,
Serangan terhadap misi AS itu dilakukan setelah kematian Abu Yahya al-Libi, tokoh propaganda Al Qaida dan seorang warga negara Libya yang menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak AS di Pakistan.
Juru bicara Dewan Transisi Nasional (NTC) yang berkuasa di Libya mengatakan, pihak berwenang berusaha memperoleh informasi lebih lanjut dan mengutuk serangan tersebut. "Kami mengutuk aksi ini," kata Mohammed al-Harizi.