REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemilih Prancis menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan parlemen, Ahad (17/6). Hasil pemilihan diharapkan menguatkan kekuasaan mayoritas Presiden Francois Hollande.
Jajak pendapat yang dirilis sebelum akhir kampanye, Jumat, oleh Ipsos-Logica Business Consulting menunjukkan, Hollande dan koalisinya akan memenangkan pemilihan. Hollande terus mendorong rakyat Prancis agar memilihnya, sehingga agenda reformasinya berjalan lancar.
Hollande berjanji akan mengatasi krisis utang, meningkatnya pengangguran dan ekonomi yang lemah. Pemilihan parlemen tersebut dibayangi oleh pemilihan umum di Yunani. Pemerintahannya akan memberi rencana anggaran revisi ke parlemen bulan depan.
Jajak pendapat menunjukkan Sosialis Prancis akan memenangkan antara 287 dan 330 kursi dalam pemilihan tersebut. Jumlah tersebut cukup untuk mengamankan kursi di Dewan Nasional. Senat Prancis sejak pemilihan pada 2011 didominasi kalangan Sosialis.
Koalisi Sosialis, Partai Hijau, diperkirakan mendapatkan antara 14 hingga 20 kursi. Sosialis dan partai sayap kiri lainnya menempati urutan pertama dalam jajak pendapat dengan 46 persen suara.
Sedangkan Partai UMP yang dipimpin Nicolas Sarkozy dan partai koalisinya akan menang dengan 34 persen suara. Lembaga survei memprediksi UMP dan koalisinya akan mendapat antara 210 dan 263 kursi dalam pemilihan putaran kedua ini.
Pemungutan suara juga akan menjadi ujian penting bagi pemimpin Partai Front Nasional (FN) Marine Le Pen yang memenangkan 13,6 persen suara dalam pemilihan putaran pertama. Le Pen berharap FN mampu meraih lebih banyak kursi, termasuk satu untuknya dalam konstituensi di utara kota Lille. Ia menyatakan partainya sebagai kekuatan ketiga terbesar di Prancis.