REPUBLIKA.CO.ID, Menurut Syekh Yasin, kitab itu disusun tatkala dirinya mendapat kesempatan mengajar kitab Al-Arba’in fi Mabani Al-Islam wa Qawaid Al-Ahkam karya Imam An-Nawawi di Madrasah Dar Al-Ulum, Makkah.
Sejumlah sahabatnya dari para pegiat ilmu hadis lantas meminta syekh untuk mengumpulkan 40 hadis tentang berbagai persoalan mulai dari akidah hingga muamalat.
Tetapi, permintaan itu tidak serta-merta direalisasikan oleh Syekh Yasin. Setelah beristikharah, ia pun merasa yakin untuk menulis sebuah kitab hadis yang terdiri dari 40 hadis saja. Uniknya, kitab yang rampung ditulis pada tahun 1363 H itu memuat 40 hadis berbeda serta dinukil dari 40 kitab hadis yang beragam pula.
Tak hanya itu, ke-40 hadis tersebut sanadnya diperoleh secara langsung oleh Syekh Yasin dari para syekh ahli hadis. Sebenarnya, ada satu lagi kitab dengan corak serupa yang ditulis Syekh Yasin dengan 40 hadis dari 40 syekh.
Hanya saja, kitab kedua yang kelar ditulis satu tahun setelah kitab pertamanya tersebut selesai, tidak dinukil dari 40 kitab, tetapi diperolehnya dari 40 wilayah yang berbeda hasil perjalanannya mencari hadis rahlat fi thalab al-hadis.
“Maka serupalah mereka (ulama dan orang saleh) jika tidak bisa sama persis, karena sesungguhnya mencontoh orang mulia adalah kunci kesuksesan,” ujar Syekh Yasin mengutip sebuah pepatah Arab.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan Syekh Yasin sangat sistematis karena latar belakang keilmuannya di bidang ilmu hadis riwayat dan dirayat yang sangat mendalam. Secara berurutan, ia menyebutkan hadis satu per satu sesuai dengan derajat kitab hadis yang pernah ada.
Tentunya, apa yang dilakukan Syekh Yasin tak hanya menukil lalu mencomot begitu saja dari kitab bersangkutan. Akan tetapi, disertai dengan menyebutkan sanad yang didapatkannya. Kitab yang menjadi nukilan pun sangat beragam mulai dari kitab shahih, sunan, musnad, mu’jam, mushannaf, hingga kitab hadis tentang fadhail a’mal.
Bahkan, Syekh Yasin menyertakan informasi singkat tentang hukum hadis yang dibahasnya berikut takhrij ijmali (takhrij global) akan keberadaan hadis serupa di kitab-kitab hadis lainnya.