REPUBLIKA.CO.ID, Cordoba baru menjadi Ibukota Spanyol, ketika Dinasti Umayyah ditumbangkan Abbasiyah dan pusat kekuasaan bergeser dari Damaskus ke Baghdad.
Setelah dikalahkan Abbasiyah, Dinasti Umayyah, lalu membangun kekuasaannya di Spanyol. Cordoba pun mulai menjadi pusat kekuasaan Ummayah di bawah pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I.
Masa masuk dan berkembangnya Islam di Cordoba itu berlangsung dari 711-912 M. Mulai dari 912 hingga 976 M, peradaban Cordoba mulai menggeliat. As-Samah bin Malik Al-Khaulani merupakan merupakan tokoh yang membangun dan mengembangkan Cordoba hingga menjadi salah satu sebuah kota terbesar di Eropa.
Pada masa pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I, Cordoba disulap menjadi pusat perkembangan ilmu, pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan di seantero benua Eropa.
Pada masa kepemimpinannya, Abdurrahman I berupaya untuk mengundang dan mendatangkan ahli fikih, alim ulama, ahli filasafat, dan ahli syair untuk bertandang dan mengembangkan ilmunya di Cordoba.
Puncak kejayaan dan masa keemasan Cordoba di bawah pemerintahan Islam mulai berlangsung pada era pemerintahan Khalifah Abdul Rahman An-Nasir dan pada zaman pemerintahan anaknya Al-Hakam. Ketika itu, Cordoba telah mencapai kejayaannya hingga pada taraf kekayaan dan kemewahan yang belum pernah tercapai sebelumnya.
Tak heran, bila pada era itu Cordoba mampu menyejajarkan diri dengan Baghdad sebagai ibukota pemerintahan Abbasiyah. Tak cuma itu, Cordoba juga setaraf dengan Konstantinopel, ibukota kerajaan Bizantium serta Kaherah, ibukota kerajaan Fatimiyah.
Pada saat itu, Cordoba telah mampu menempatkan duta besarnya hingga ke negara yang amat jauh seperti India dan Cina. Pada era kejayaan itu, Cordoba mengalami kemajuan pesat dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan intelektual.