Kamis 28 Jun 2012 20:35 WIB

Zadu Al-Muhajir, Tuntunan Berhijrah (4-habis)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Abu Al-Khitab Qatadah bin Da’amah, seorang tabi’in terkemuka, mengomentari urgensi dua kalimat tersebut. Ia mengatakan, keduanya adalah dua hal utama yang akan dipertanggungjawabkan oleh setiap manusia.

“Dua kalimat itu akan ditanyakan kepada orang dulu, esok, dan kini, yaitu “Apa yang kalian sembah dan sejauhmana kalian mencintai Rasulullah?” kata Qatadah yang wafat pada 117 Hijriyah itu.

Cendekiawan antitaklid

Selain berguru kepada Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim berguru kepada banyak ulama untuk memperdalam berbagai bidang ilmu keislaman. Dia mendalami fikih mazhab Hanbali, tafsir, ilmu hadis, ushul fikih, nahwu, tasawuf, dan ilmu teologi.

Ia berguru ilmu hadis pada Syihab An-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin bin Sulaiman. Berguru ilmu ushul fikih kepada Syekh Shafiyuddin Al-Hindi, belajar ilmu fikih dari Isma’il bin Muhammad Al-Harrani, menggali ilmu pembagian waris (faraidh) dari ayahnya.

Karena itu, ia dikenal sebagai salah satu cendekiawan Muslim yang berwawasan luas di zamannya. Ia dikenal sebagai pakar yang ahli di bidang fikih yang bermazhab Hanbali.

Tetapi, publik juga mengenalnya mahir di kajian tafsir, penghafal Alquran, pakar nahwu, ahli ushul fikih, dan menguasai ilmu kalam. Julukan sebagai seorang mujtahid juga dilekatkan kepada tokoh ini

Karena pengetahuan yang dimilikinya, Ibnu Qayyim mempunyai murid yang tidak sedikit jumlahnya. Di antara murid-muridnya yang berhasil menjadi ulama kenamaan adalah Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy, penyusun kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah dan Ibnu Rajab Al-Hambali Al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat Al-Hanabilah.

Sikap dan pendiriannya terhadap agama terilhami oleh pemikiran sang guru, Ibnu Taimiyyah. Terutama pendiriannya dalam mempertahankan kemurnian akidah dan antitaklid buta. Menurut dia, pintu ijtihad tetap terbuka. Siapa pun pada dasarnya dibenarkan berijtihad sejauh yang bersangkutan memiliki kesanggupan untuk melakukannya.

Ia banyak mengabadikan buah pemikirannya itu di dalam karya tulis. Dalam bidang ini, Ibnu Qayyim tergolong sangat produktif. Taha Abdur Ra’uf, ahli fikih dan sejarawan, menuliskan daftar karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah sebanyak 49 buah yang meliputi berbagai disiplin ilmu.

Di antara karyanya yaitu Tahzib Sunan Abi Dawud, Safar Al-Hijratain wa Bab As-Sa’adatain, Madarij As-Salikin, Syarh Asma’ Al-Kitab Al-Aziz, Zad Al-Ma’ad fi Hadyil ‘Ibad, dan Naqd Al-Manqul wa Al-Mahq Al-Mumayyiz bain Al-Mardud wa Al-Maqbul.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement