REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, tugas pemerintahannya adalah menghilangkan 'teroris' dari bumi Suriah. Assad juga menyatakan, pemerintahannya memiliki cara sendiri melindungi rakyat tanpa campur tangan dari luar negeri.
Hal itu disampaikannya dalam sebuah wawancara singkat selama satu jam, yang bertepatan dengan eskalasi kekerasan yang terjadi di wilayah Suriah. Pernyataan itu dikeluarkan menjelang pertemuan para diplomat dari negara-negara regional utama dan anggota Dewan Keamanan PBB di Jenewa.
Pertemuan sedianya akan membahas upaya untuk mengakhiri kekerasan spiral di Suriah. Pembicaraan juga akan fokus pada rencana transisi Suriah dan upaya membuka jalan bagi kabinet persatuan nasional Suriah.
"Saat Anda menghilangkan teroris, mungkin Anda telah menyelamatkan nyawa puluhan, ratusan, bahkan ribuan. Tak ada yang tahu bagaimana memecahkan masalah di Suriah kecuali kita (bangsa Suriah) sendiri," kata Assad, seperti dilansir Alarabiya, Jumat (29/6). Assad juga menolak semua solusi yang dipaksakan dari luar negeri.
Ia mengatakan, tak akan menerima solusi dari pihak-pihak non-Suriah. Baik itu solusi dari negara besar maupun negara sahabat. Assad juga mengatakan, mengambil solusi seperti yang dilakukan Libya juga tak menyelesaikan masalah. Sebab menurutnya semua pihak bisa melihat bagaimana situasi jauh lebih buruk di Libya saat ini.
Assad juga mengecam tetangga Suriah, Turki, menyusul memburuknya hubungan kedua negara akibat penembakan pesawat jet Turki oleh pihak keamanan Suriah. "Kebijakan para pejabat Turki menyebabkan pembunuhan dan pertumpahan darah rakyat Suriah," ujarnya.
Sementara Amerika Serikat dan sekutunya terus meminta Assad untuk berhenti dari jabatannya. Iran dan Rusia justru terus mendukung kepemimpinan Assad di Suriah. Mereka mengeritik apa yang dilakukan AS dan Sekutunya sebagai, campur tangan asing. Pemimpin Suriah berterima kasih kepada Iran karena telah menjadi teman setia. Assad mengatakan, Damaskus akan membayar loyalitas tersebut di kemudian hari.