Sabtu 07 Jun 2025 10:54 WIB

Trump Perkuat Industri Drone di Tengah Persaingan Ketat dengan China

Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Jumat (6/6/2025).

Presiden AS Donald Trump menyebut Uni Eropa lebih nakal dari China dalam hal perdagangan.
Foto: EPA
Presiden AS Donald Trump menyebut Uni Eropa lebih nakal dari China dalam hal perdagangan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Jumat (6/6/2025). Langkah tersebut bertujuan untuk secara signifikan mengurangi pembatasan drone buatan Amerika dan mendorong ekspor ke luar negeri, di tengah persaingan ketat dari China.

Perintah Trump menginstruksikan Badan Penerbangan Federal (FAA) untuk segera membuat aturan baru yang mengizinkan operator drone menerbangkan pesawat tanpa awak di luar garis pandang mereka, baik untuk misi komersial maupun keselamatan publik. Perintah tersebut juga mengarahkan administrator FAA untuk menerapkan kecerdasan buatan (AI) guna mempercepat proses persetujuan dispensasi drone.

Baca Juga

Menurut pernyataan Gedung Putih yang menyertai pengumuman tersebut, hal ini juga bertujuan memperkuat industri manufaktur drone dalam negeri AS dengan mempromosikan ekspor. Selain itu juga mengambil tindakan untuk memastikan teknologi AS tetap aman dari pengaruh dan eksploitasi asing yang tidak semestinya.

Faktor utama yang menjadi alasan presiden AS mengambil keputusan tersebut adalah China, yang telah mengembangkan industri drone domestik yang sangat luas dan mendominasi pasar internasional.

"Perintah tersebut juga menyerukan pembentukan program percontohan integrasi electric Vertical Takeoff and Landing (eVTOL) untuk mempercepat penggunaan operasi vertikal yang aman dan sah di Amerika Serikat, dengan memilih sedikitnya lima proyek percontohan guna memajukan aplikasi seperti pengangkutan kargo dan respons medis,” kata Gedung Putih. Perintah itu merupakan satu dari empat perintah yang ditandatangani Trump pada Jumat secara tertutup.

Perintah lainnya menyerukan pencabutan larangan terbang pesawat supersonik di atas daratan, meminta pejabat terkait untuk menetapkan standar sertifikasi sementara berdasarkan tingkat kebisingan, serta menyoroti "regulasi yang mengekang selama puluhan tahun,” yang menurut Gedung Putih sedang dibatalkan agar perusahaan AS dapat kembali mendominasi penerbangan supersonik.

"Perintah ini memajukan koordinasi riset, pengembangan, uji coba, dan evaluasi pesawat supersonik melalui Dewan Sains dan Teknologi Nasional dengan kepemimpinan dari Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi," ucap Gedung Putih.

Dua perintah lainnya bertujuan memperkuat keamanan siber AS dan memastikan kedaulatan wilayah udara Amerika.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement