REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA---Perdana Menteri Luksemburg dan Kepala Grup Euro Jean-Claude Junker mengatakan, kesepakatan merekapitalisasi bank-bank di Spanyol dan Italia pada pertemuan puncak Jumat tidak bisa diterapkan ke Yunani saat ini.
"Kekhasan aspek program yang kita putuskan untuk Spanyol dan Italia berbeda dengan Yunani, yang merupakan negara yang telah memasuki sebuah program (bailout)," kata Juncker kepada Kantor Berita Athena milik negara Yunani.
Juncker mengatakan bahwa "meski Spanyol dan Italia memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk reformasi fiskal mereka", solusi yang sama "tidak dapat diterapkan untuk Yunani."
Yunani, bersama dengan Irlandia dan Portugal, menandatangani untuk penyelamatan dari Uni Eropa, IMF dan Bank Sentral Eropa (ECB), tetapi sebagai imbalannya harus mengadopsi program reformasi ketat yang telah memicu kemarahan publik secara luas, terutama oleh warga Yunani.
"Saya percaya bahwa anggaran yang ketat harus terus diterapkan di Yunani karena, Yunani pasti harus mereformasi keuangan publik, maka harus meningkatkan daya saingnya yang jatuh dan [mengoreksi] kelemahan Yunani," tambah Juncker.
"Itu dikatakan, saya tidak mengabaikan bahwa kondisi kehidupan, terutama bagi mereka yang penghasilan rendah, yang membuatnya semakin sulit untuk hidup, dan semua warga Eropa harus memperhitungkan situasi ini."
"Kami tidak memiliki hak untuk memprovokasi situasi kemanusiaan," katanya.
Pada akhir pembicaraan yang sering bergejolak, peregangan hampir sampai fajar di Brussel, Presiden Uni Eropa Herman Van Rompuy memuji "terobosan" untuk menenangkan pasar keuangan dan membentuk kembali zona euro untuk mencegah krisis di masa depan.
Kemenangan kuat kesepakatan yang dibuat di Brussel membuka jalan untuk dana talangan zona euro 500 miliar euro (630 miliar dolar AS) digunakan untuk rekapitalisasi bank-bank yang sakit secara langsung, tanpa melalui anggaran nasional dan dengan demikian menambah gunung utang negara yang kesulitan.