REPUBLIKA.CO.ID, Bila sekali waktu anda berkesempatan pergi ke Kairo, jangan lewatkan berkunjung ke salah satu masjid yang menjadi landmark Ibukota Mesir ini, Masjid Muhammad Ali Pasha.
Lokasinya yang berada tepat di atas Benteng Shalahuddin (Citadel/Qal'ah) membuat bangunan masjid ini terlihat begitu megah. Apalagi saat dilihat oleh pengunjung dari arah Cairo International Airport menuju Distrik Mesir Lama.
Ketika sudah berada di dalamnya, para pengunjung dapat melihat hampir setiap penjuru Kota Kairo, berikut sungai Nil dan piramida dari halaman masjid.
Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Alabaster karena dinding masjid ini dilapisi alabaster, salah satu batu jenis marmer. Sementara itu, nama Muhammad Ali Pasha sendiri mengacu kepada nama pemimpin Mesir modern, Raja Muhammad Ali Pasha, yang memerintahkan pembangunan masjid ini di pengujung abad ke-19.
Rekonstruksi Masjid Muhammad Ali Pasha dimulai pada tahun 1830 atau sekitar tujuh abad setelah berdirinya Citadel dan selesai tahun 1848.
Dengan mengadopsi gaya Ottoman, bangunan masjid memiliki dua buah menara yang ramping dan runcing yang mengapit sejumlah kubah kecil dan kubah utama. Tinggi kedua menara ini mencapai 82 meter. Sementara itu, bagian kubahnya dibuat megah dan tinggi, mirip dengan Masjid Aya Sofia di Istanbul, Turki.
Area masjid itu terdiri atas dua bagian. Pada bagian luar, terdapat tempat berwudhu yang letaknya tepat di tengah-tengah halaman masjid dan sebuah menara jam yang merupakan hadiah dari Raja Prancis, Louis Philippe I, pada tahun 1846.
Konon, sebagai hadiah balasan, Raja Muhammad Ali Pasha memberikan obelisk (tugu runcing) Ramses II dari Kuil Luxor (Luxor Temple) yang terdapat di pintu masuk. Saat ini, obelisk Ramses II tersebut masih bisa dilihat di Place de la Concorde, Paris.
Bagian lain masjid yang merupakan bagian utama adalah ruang shalat (bait al-shalah). Bait al-shalah ini tepat berada di bawah kubah-kubah yang terdiri atas satu kubah utama yang berada di tengah dan empat kubah berukuran menengah (sedang) serta empat kubah kecil yang mengapit kubah utama.
Bagian langit-langit puncak kubah (dari dalam) dihiasi ukiran geometris dengan empat pojok yang terukir kaligrafi empat nama Khulafaur Rasyidin.
Pada bagian dinding bait al-shalah, terdapat celah-celah yang dilengkapi dengan kaca berwarna-warni dan penyangga-penyangga pualam yang tidak membuat ruangan masjid tersebut terasa sempit. Di samping penyangga-penyangga yang menopang panggung utama, terdapat tiang-tiang pualam ramping yang menyangga atap dan kubah-kubah kecil.