Rabu 04 Jul 2012 21:27 WIB

Kisah Sahabat Nabi: Uqbah bin Amir, Pembonceng Rasulullah (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: tripwiremagazine.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Uqbah bin Amir dan kawan-kawannya sesama penggembala berjumlah dua belas orang yang telah masuk Islam. Mereka bermukim jauh dari keramaian Kota Madinah, menggembalakan domba di gurun-gurun dan lembah.

“Tidak baik bila kita tidak mendatangi Rasulullah setiap hari, untuk belajar agama dan mendengarkan wahyu Allah darinya. Setiap hari seorang di antara kita harus pergi ke kota menemui beliau, Sedangkan yang tinggal harus bertanggungjawab menggembalakan domba,” usul salah seorang kawan Uqbah.

Mereka setuju. Secara bergantian mereka menemui Rasulullah dan mengajarkan apa yang didapat kepada teman-teman mereka yang bertugas menggembalakan domba, kecuali Uqbah. Ia bersedia untuk tidak menemui Rasulullah karena harus menjaga gembalaannya.

Satu demi satu secara bergantian mereka mendatangi Rasulullah SAW. Domba yang ditinggalkannya, dipercayakannya kepada Uqbah untuk digembalakan. Lama kelamaan Uqbah merasa rugi, “Persetan, aku tidak peduli domba-domba ini makan atau tidak."

“Dengan menggembala aku terasa sangat merugi, karena tidak dapat berdampingan dengan Rasulullah, menyimak pengajaran langsung dari mulut beliau tanpa perantara,” ujamya dalam hati. Lalu ditinggalkannya domba-domba tersebut, dan berangkat ke Madinah, untuk tinggal dan menetap di masjid, di samping Rasulullah SAW.

Ketika mengambil keputusan yang menentukan itu, tidak pernah terlintas dalam pikiran Uqbah, bahwa pada suatu waktu dia akan menjadi seorang alim besar di antara para sahabat yang ulama-ulama besar. Dia akan menjadi salah seorang qari (ahli baca Alquran) di antara para qari terkemuka.

Dia akan menjadi seorang panglima perang di antara para panglima dan penakluk yang terpandang. Dia akan menjadi seorang pemimpin di antara para pemimpin yang pantas diperhitungkan.

Semua itu tidak pernah terbayangkan olehnya walau secuil pun. Dia hanya membayangkan domba-domba gembalaannya. Apakah domba-domba itu cukup terpelihara atau tidak? Dia berangkat ke pusat dakwah agama Allah, untuk berdampingan dengan Rasulullah, guna mempelajari agama dari rasul mulia.

 

Dia tidak pernah menyadari akan menjadi tentara pelopor yang bakal membebaskan ibu kota dunia waktu itu, yaitu Damaskus. Dan bakal mendiami istana di sebuah taman nan indah menghijau dekat Bab Tuma.

Dia juga tidak pemah membayangkan sedikit pun akan menjadi seorang panglima, penakluk permata dunia yang indah subur, yaitu Mesir; akan menjadi penguasa negeri itu, dan akan membangun sebuah istana untuknya di kaki sebuah bukit yang strategis. Semua itu hanya tersimpan di alam gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT.

sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement