REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Seorang jenderal penting dan dekat dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad serta keluarganya membelot. Hal itu tak pelak menjadi pukulan baru bagi pemerintah Suriah. Demikian disampaikan sumber dekat dengan pemerintah kepada AFP, Jumat (6/7).
"Jenderal Munaf Tlass membelot tiga hari lalu dan ia agaknya telah meninggalkan Suriah," kata sumber itu, yang tidak bersedia namanya disebut.
Tlass adalah perwira militer tertinggi yang meninggalkan pemerintah Suriah. Ia adalah putra mantan menteri pertahanan Mustafa Tlass, kawan dekat Hafez al-Assad almarhum, ayah Bashar al-Assad. Tlass juga seorang anggota kalangan dalam pemerintah di Suriah dan teman Bashar semasa kecil.
Keluarga pejabat Sunni itu berasal dari kota Rastan yang dikuasai pemberontak, di provinsi Homs, yang kini dikepung dan ditembaki pasukan pemerintah. Seorang jenderal di pasukan elit Pengawal Republik, yang bertugas melindungi pemerintah, Tlass disisihkan lebih setahun lalu, setelah ia tampaknya tidak dipercaya.
Menurut sumber yang punya hubungan dekat dengan Damaskus, Tlass telah melakukan beberapa misi rekonsiliasi tetapi gagal antara para pendukung pemerintah dan pemberontak di Rastan dan provinsi Daraa di selatan. Beberapa bulan kemudian ia menyerahkan seragam militernya dan menggantikan dengan pakaian sipil. Ia menetap di Damaskus, di mana ia membiarkan janggut dan rambutnya panjang.
Satu sumber lainnya di Damakus mengemukakan kepada AFP hubungan Tlass dengan pihak penguasa tidak dapat didamaikan setelah serangan pemerintah terhadap distrik Baba Amr, Homs pada Februari tahun ini.
Tlass kabarnya menolak memimpin satu yang ditugaskan untuk menguasai kembali bekas pangkalan pemberontak itu dan Bashar kemudian mengemukakan kepada dia agar tinggal di rumah saja. Sumber-sumber yang dekat dengan Tass mengatakan keluarganya kini berada di Dubai, termasuk abangnya Firas, yang adalah seorang pengusaha.
Saudara sepupu Tlass Abdel Razzak membelot dari militer beberapa bulan lalu memimpin Batalyon Farouk dari Tentara Pembebasan Suriah di Homs. Kelompok Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah yang bermarkas di London mengatakan lebih dari 16.500 orang tewas sejak pemberontakan terhadap pemerintah Bashar meletus pertengahan Maret tahun lalu.