Rabu 11 Jul 2012 21:45 WIB

Kisah Sahabat Nabi: Usamah bin Zaid, Panglima Terakhir Rasulullah (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: pantherkut.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Tentara kaum Muslimin sudah berkumpul di perkemahan pasukan. Malam itu mereka menginap.

Keesokan harinya Usamah menemui Rasulullah SAW yang sakitnya semakin berat. Ketika Usamah mencium wajahnya, beliau tidak mengatakan apa-apa selain mengangkat kedua belah tangan ke langit serta mengusap kepala Usamah, mendoakannya.

Usamah segera kembali ke pasukannya yang masih menunggu. Setelah semuanya lengkap, mereka mulai bergerak.

Belum jauh pasukan itu meninggalkan Juraf, tempat markas perkemahan, datanglah utusan dari Ummu Aiman memberitahukan bahwa Rasulullah SAW telah wafat.

Usamah segera memberhentikan pasukannya. Bersama Umar bin Khathab dan Abu Ubaidah bin Jarrah, ia segera menuju rumah Rasulullah. Sementara itu, tentara kaum Muslimin yang bermarkas di Juraf membatalkan pemberangkatan dan kembali juga ke Madinah.

Melalui syura yang diliputi kesedihan mendalam, kaum Muslimin sepakat mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah. Abu Bakar segera memanggil Usamah untuk kembali memimpin pasukan, sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah sebelumnya.

Tindakan Khalifah Abu Bakar tentu saja mendapat reaksi dari beberapa sahabat. Apalagi saat itu beberapa kelompok kaum Muslimin murtad dari agama Islam. Kota Madinah memerlukan penjagaan ketat.

Menangggapi hal itu, Abu Bakar menjawab, “Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, seandainya aku tahu akan dimakan binatang buas sekalipun, niscaya aku tetap akan mengutus pasukan ini ke tujuannya. Aku yakin, mereka akan kembali dengan selamat.”

“Bukankah Rasulullah SAW yang diberikan wahyu dari langit telah bersabda, ‘Berangkatkan segera pasukan Usamah!’ Namun, ada satu permintaanku. Biarkan Umar tetap tinggal di Madinah untuk membantuku. Aku tidak tahu apakah permintaanku ini disetujui Usamah atau tidak.”

Kini para sahabat yakin, bahwa Khalifah mereka yang baru itu telah berazam sepenuhnya untuk mengirim pasukan Islam, sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah SAW  sebelumnya. Abu Bakar segera pergi menemui Usamah dan memintanya agar membiarkan Umar tinggal di Madinah untuk membantunya.

Usamah setuju. Abu Bakar lalu memerintahkan kaum Muslimin yang semula bergabung dengan pasukan Usamah untuk terus ikut serta. Ia juga memarahi mereka yang sempat menyepelekan kemampuan Usamah.

Ketika pasukan yang berjumlah sekitar 3.000 orang—1.000 orang di antaranya menunggang kuda—mulai bergerak, Abu Bakar datang untuk mengucapkan selamat kepada mereka. Saat itu, ia berjalan kaki di samping Usamah yang menunggang kuda. Melihat hal itu, Usamah bergegas hendak turun dari punggung hewan tunggangannya.

Namun, Abu Bakar buru-buru mencegah, “Demi Allah, jangan turun wahai Usamah. Biarkan telapak kakiku ini dipenuhi debu sabilillah beberapa saat. Bukankah setiap langkah pejuang akan memperoleh imbalan tujuh ratus kebaikan, dan menghapus tujuh ratus kesalahan.”

sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement