Rabu 11 Jul 2012 23:13 WIB

Kisah Sahabat Nabi: Usamah bin Zaid, Panglima Terakhir Rasulullah (3-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: pantherkut.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Usamah dan pasukannya terus bergerak dengan cepat meninggalkan Madinah. Setelah melewati beberapa daerah yang masih tetap memeluk Islam, akhirnya mereka tiba di Wadilqura.

Usamah mengutus seorang mata-mata dari suku Hani Adzrah bernama Huraits. Ia maju meninggalkan pasukan hingga tiba di Ubna, tempat yang mereka tuju.

Setelah berhasil mendapatkan berita tentang keadaan daerah itu, dengan cepat ia kembali menemui Usamah. Huraits menyampaikan informasi bahwa penduduk Ubna belum mengetahui kedatangan mereka dan tidak bersiap-siap.

Ia mengusulkan agar pasukan secepatnya bergerak untuk melancarkan serangan sebelum mereka mempesiapkan diri. Usamah setuju. Dengan cepat mereka bergerak. Seperti yang direncanakan, pasukan Usamah berhasil mengalahkan lawannya.

Hanya selama empat puluh hari kemudian, mereka kembali ke Madinah dengan sejumlah harta rampasan perang yang besar, dan tanpa jatuh korban seorang pun.

Sejak saat itu, pamor Usamah bin Zaid kian benderang di kalangan para sahabat. Selain dikenal sebagai panglima pasukan termuda, ia juga adalah sahabat sekaligus putra sahabat yang dicintai Rasulullah SAW.

Hal ini pernah dikemukakan oleh Khalifah Umar bin Khathab. Suatu ketika Umar RA membagi-bagikan hadiah kepada kaum Muslimin. Kepada Usamah diberikan nilai lebih dari yang lain.

Mengetahui hal itu, putranya, Abdullah bin Umar bertanya, “Wahai ayahanda, mengapa engkau memberi lebih kepada Usamah? Padahal, aku juga selalu menyertai setiap peperangan yang ia ikuti?”

Umar menjawab, “Usamah lebih dicintai Rasulullah dibanding engkau. Dan ayahnya lebih disayangi ketimbang ayahmu.”

Sekilas ucapan Umar itu tampak berlebihan, tapi sebenarnya tidak. Selain menunjukkan ketawadhuan Umar sendiri, apa yang ia ucapkan cukup beralasan. Usamah adalah putra Zaid bin Haritsah. Dialah (Zaid) satu-satunya sahabat yang pernah menjadi anak angkat Rasulullah dan namanya tercantum dalam Alquran (Surah Al-Ahzab: 37).

Zaid juga yang mendapatkan amanah Rasulullah untuk memimpin Perang Muktah sebelum diambil-alih oleh Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah setelah Zaid bin Haritsah gugur. Sedang ibunya, Ummu Aiman, adalah mantan pengasuh Rasulullah.

Waktu terus bergulir. Setelah menjalani hidupnya dengan berbagai perjuangan bersama para sahabat lain, Usamah bin Zaid wafat tahun 53 H/ 673 M. Manusia lahir dan mati silih berganti, mengisi lembaran sejarah. Semoga lembaran kisah Usamah menginspirasi kita untuk lebih berbuat banyak demi Islam.

sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement