REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin meminta semua pihak untuk menahan diri dan tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan provokatif yang justru akan mengganggu proses kerja Joint Committee (Komite Bersama).
"Pernyataan yang kontra produktif karena bersifat provokatif hanya akan merusak tatanan kerja Joint Committee," tegas Djohar.
Djohar Arifin mengimbau semua pihak terutama stake holder persepakbolaan nasional agar menghormati semua tahapan kerja Joint Committee.
"Kita harus ciptakan suasana kondusif yang mendukung kinerja semua anggota Joint Committee. Pernyataan-pernyataan yang sifatnya tendensius tidak akan berguna bagi kemajuan sepakbola nasional," katanya dikutip dari situs resmi PSSI, Jumat.
Beberapa waktu terakhir menjelang berlangsungnya pertemuan pertama Joint Committee pada 12 Juli lalu, muncul beragam komentar yang sifatnya spekulatif dan membingungkan masyarakat. Kenyataan ini bertolakbelakang dengan spirit yang tengah digaungkan untuk terus menata persepakbolaan Indonesia.
"Saya hanya ingin memberikan pencerahan kepada masyarakat luas khususnya pecinta sepakbola nasional. Bahwa Joint Committe bekerja atas dasar panduan yang sudah jelas dalam MoU Kuala Lumpur. Jadi tidak perlu memberikan komentar yang justru sifatnya kontra produktif. Ini sangat tidak baik bagi upaya kita menata kembali kemajuan sepakbola nasional," ujar mantan pemain PSMS Medan ini.
Saat ini terlalu banyak orang yang hanya ikut-ikutan memberikan pernyataan, untuk kepentingan tertentu. Bahkan untuk kepentingan individual, yang justru berlawanan dengan tekad nasional memajukan prestasi sepakbola Indonesia. "Sekarang semua ditata kembali untuk kepentingan nasional. Prestasi sepakbola tidak mungkin dibangun ditengah situasi yang tidak kondusif. Kasihan dunia persepakbolaan kita," tegas mantan Sekjen KONI Pusat ini.
Prestasi sepakbola Indonesia yang terlihat saat ini, bukan hasil pembinaan kemarin sore. Tetapi merupakan buah pembinaan lima sampai 10 tahun lalu. Jika hasil pembinaan lima sampai 10 tahun lalu salah, itulah yang terlihat saat ini. "Makanya saya menekankan betul program pembinaan yang jelas sejak usia dini. Tidak ada pemain yang muncul tiba-tiba tanpa proses," lanjutnya.
Tanggungjawab pengembangan sepakbola nasional, adalah milik semua stake holder sepakbola Indonesia. "Tidak mungkin dilakukan secara parsial. Sepakbola sifatnya integrated. Terkait dengan banyak aspek lain. Jadi pemahaman yang utuh sangat diperlukan," katanya.
Prestasi timnas di babak penyisihan Grup E Piala Asia U-22 menjadi pelajaran sangat berharga bagaimana pentingnya pembinaan usia dini. Pemain yang muncul saat ini dan terpilih masuk timnas adalah hasil pembinaan lima sampai 10 tahun lalu. Jika proses pembinaan masa lalu tidak fokus dan terukur, hasilnya akan terlihat nyata saat ini.
"Jadi sekali lagi, tidak patut mengeluarkan komentar kontra produktif. Masyarakat luaslah yang akan menilai, siapa yang lebih tulus ingin membangun kehormatan sepakbola nasional. Mari kita semua memberikan penghormatan yang tinggi, atas semua dedikasi dan perjuangan Nurmufid dan kawan-kawan di Pekanbaru. Anak-anak sudah berjuang habis-habisan," tutur Ketua Umum PSSI.