REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Panglima Militer Korea Utara Ri Yong-Ho telah dicopot dari semua jabatannya karena sakit, kata kantor berita resmi negara komunis itu Senin.
Pertemuan badan pengambilan keputusan partai berkuasa pada Minggu memutuskan untuk "meringankan Ri Yong-Ho dari semua jabatannya ... karena dia sakit", kata badan tersebut.
Jabatan-jabatan termasuk "anggota presidium biro politik, anggota komite biro politik (komite pusat Partai Buruh Korea) dan wakil ketua komisi militer pusat (Partai Buruh Korea)," kata lembaga itu.
Partai Buruh Korea adalah pihak yang berkuasa di Korea Utara.
Ri, seorang tokoh sentral dalam rezim yang menjadi panglima militer pada 2009, baru-baru ini terlihat mendampingi pemimpin baru Korea Utara Kim Jong-Un pada saat dia memberikan penghormatan kepada mendiang kakeknya, Kim Il-Sung pada hari peringatan kematiannya pada 1994.
Kim Jong-Un mengambil alih kekuasaan setelah kematian ayahnya Kim Jong-Il pada Desember.
Beberapa analis percaya bahwa diktator muda itu bisa membawa negaranya dalam arah baru, tetapi butir lain atas kegagalan peluncuran roketnya pada April sebagai bukti bahwa ia kemungkinan akan berlanjut dikucilkan oleh masyarakat internasional.
Korea Utara telah mengembangkan senjata nuklir selama beberapa dekade. Posisi resmi Pyongyang adalah bahwa pihaknya membutuhkan senjata atom untuk membela diri terhadap ancaman nuklir Amerika Serikat, tetapi pada prinsipnya bersedia untuk menghapus sistem persenjataannya berdasarkan kesepakatan perundingan internasional.