REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah Hasil survei terbaru menunjukkan bahwa kebanyakan warga Amerika, dari kedua wilayah pemilihan Kongres Demokrat dan Republik, mendukung pengurangan pengeluaran militer negara.
Hasil jajak pendapat yang diterbitkan pada Senin, 16 Juli kemarin itu menunjukkan bahwa 76 persen warga Amerika lebih menyukai pemotongan anggaran pertahanan, sementara hanya 20 persen menyetujui peningkatan belanja militer.
Jajak pendapat ini dilakukan 'the Program for Public Consultation (PPC)'. Sebuah program baru didirikan bersama di Universitas Maryland, yang berbasis organisasi jurnalisme investigatif nirlaba, Pusat Integritas Publik, dan Pusat Stimson, sebuah pusat keamanan global thinkthank nirlaba.
Menurut responden Steven Kull, direktur PPC, yang tinggal di wilayah pemilihan Republik menyarankan pengurangan sedikitnya 15 persen belanja pertahanan. Sedangkan dari wailayah pemilihan Demokrat mengusulkan pemotongan hingga 28 persen.
Jajak pendapat itu lebih lanjut menunjukkan bahwa alasan utama di balik dukungan warga Amerika untuk pemotongan adalah keyakinan yang kuat, di mana sejumlah besar dari anggaran militer habis menjadi limbah. Pandangan ini dipegang 80 persen dari peserta jajak di wilayah Republik dan 86 persen responden di wilayah Demokrat.
Pengeluaran militer melonjak kendati terjadi pemotongan pemerintahan Obama dalam pengeluaran publik untuk mengimbangi defisit anggaran. AS dilaporkan menghabiskan lebih dari 1 triliun dolar uang pembayar pajak untuk membiayai perang di Irak dan Afghanistan sejak 2001.