REPUBLIKA.CO.ID, Keberadaan Masjid Cologne Jerman ini, juga akan memicu munculnya pesta penyambutan warga Muslim lainnya.
Diprediksikan, pada 2020 mendatang, sekitar dua pertiga penduduk Jerman akan memiliki akar keturunan asing, terutama Turki. Karenanya, banyak pihak di Jerman yang menilai pembangunan masjid ini akan menjadi pesta penyambutan bagi minoritas Muslim Jerman.
Masjid yang mulai dibangun tahun 2008 ini berada di Distrik Ehrenfeld, tepatnya di lokasi masjid yang selama ini dikelola oleh komunitas Muslim Turki yang bernaung di bawah Turkish-Islamic Union for Religius Affairs.
Bangunan masjid di Cologne ini dapat menampung sekitar 2.000 orang jamaah secara bersamaan. Angka ini merupakan yang terbesar di Jerman. Memang, sejak awal desainnya, masjid ini bakal menjadi masjid terbesar di Jerman. Dan ke depannya, kompleks masjid juga akan menyediakan ruang komersial seluas 2.455 meter persegi.
Modern
Berbeda dengan kebanyakan bangunan masjid di negara-negara lain yang mengadopsi gaya tradisional, bangunan Masjid Cologne justru menerobos pakem-pakem yang selama ini banyak digunakan dalam arsitektur bangunan tempat ibadah umat Islam.
Hal ini terlihat pada bagian kubah masjid yang tidak berbentuk separuh bola ataupun berbentuk kerucut (makhrut), setengah oval (al-ihliji), silinder (ustuwani), dan berbentuk bawang lancip ke atas.
Bila umumnya kubah masjid berbentuk setengah lingkaran, kubah pada bangunan Masjid Cologne lebih mengedepankan gaya arsitektur di era modern, yakni bentuk kubah geodesi.
Kubah ini berbentuk hemister dan menggunakan kekisi sebagai rangka, sehingga menjadikannya lebih ringan. Perkembangan teknologi juga memungkinkan penggunaan cermin dan plastik sebagai padatan pada desain kubah.
Kubah dengan tinggi mencapai 35 meter ini dibuat seperti bola dunia yang transparan, sehingga bagian dalam masjid bisa terlihat dari luar. Bangunan masjid ini juga dilengkapi dengan dua buah menara setinggi 55 meter. Sementara eksterior bangunan utama, bangunan pendukung, dan menara masjid didominasi warna putih.