Selasa 07 Aug 2012 14:15 WIB

Ethiopia, Negeri Penyelamat Para Sahabat (3)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
  Masjid Kayu di Danakil, Ethiopia.
Foto: flickr.com
Masjid Kayu di Danakil, Ethiopia.

REPUBLIKA.CO.ID, Namun, upaya itu tak pernah berhasil. Hingga kini Islam tetap eksis dan menjadi agama terbesar kedua di Ethiopia, setelah Nasrani.

Berdasarkan sensus pada tahun 1994, jumlah penduduk Muslim di Ethiopia mencapai 32,8 persen dari total populasi di negera itu.

Mayoritas umat Islam di negeri itu kebanyakan berada di Somalia, Afar, serta Oromo. Selain itu, umat Islam juga tersebar di Amhara, Tigray, dan Gurage.

Umat Islam mencapai kejayaannya di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Nasrani itu, saat mampu mendirikan kesultanan Muslim.

Beberapa kesultanan Muslim yang pernah berkuasa di Ethiopia itu antara lain; Kesultanan Adal di timur Ethiopia; Kesultanan Aussa di timur laut Ethiopia; Kesultanan Harar di timur Ethiopia; Kesultanan Ifat di timur Ethiopia; serta Kesultanan Shewa di Ethiopia tengah.

Setelah meredupnya kejayaan kesultanan Muslim di Ethiopia, posisi umat Islam kian terhimpit. Kondisi mengenaskan itu mulai terjadi ketika di penghujung 1890-an, Raja Yohanes IV mengeluarkan kebijakan untuk mengkristenkan Ethiopia.

Akibat kebijakan yang diwarnai kekejian itu, banyak umat Muslim yang akhirnya memiliki keyakinan ganda. Siang hari mereka berpura-pura mengaku Kristen, namun pada malam hari mereka menjadi Islam dan melakukan ibadah.

Prinsip ini dalam Islam dikenal dengan nama Taqiah atau menyembunyikan keyakinan diri demi keselamatan diri.

Strategi kaum Muslim Ethiopia yang menutupi keyakinan yang sebenarnya itu ditulis secara menarik oleh Najib Kailani dalam novelnya yang berjudul “Bayang-Bayang Hitam”. Sebagian Muslim yang tak mau taqiah (menyembunyikan keyakinan), akhirnya memilih hijrah ke tempat lain.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement