REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Penembakan dan pemboman menewaskan tujuh orang dan mencederai enam lain di Irak, kemarin, kata sejumlah pejabat keamanan dan medis. Menurut hitungan AFP, yang dilansir Rabu (8/8), sepanjang bulan ini serangan-serangan di Irak telah menewaskan 69 orang, 47 dari mereka anggota pasukan keamanan.
Pejabat Kementerian Dalam Negeri Irak mengatakan, serangan itu dilakukan sejumlah orang bersenjata dengan senapan berperedam suara. Seorang pegawai kementerian kehakiman di Jamiyah dan seorang pegawai kementerian pertanian di Adil tewas. Dua prajurit juga ditembak mati di sebuah pos pemeriksaan di Baghdad Jadida di daerah timur ibu kota Irak tersebut. Seorang petugas medis mengkonfirmasi bahwa empat orang ditembak mati di Baghdad pada Selasa.
Di desa Al-Qayara, sebelah selatan kota Mosul, Irak utara, orang-orang bersenjata membunuh Kolonel Abdel Monem al-Juburi, dan penyerang lain menembak mati satu orang di Mosul timur, kata Letnan Satu Polisi Khaled al-Juburi dan Dr Mahmud Zeidan dari Rumah Sakit Umum Mosul.
Di Baiji, 200 kilometer sebelah utara Baghdad, sebuah bom sepeda-motor menewaskan satu polisi dan mencederai empat lainnya. Hal serupa terjadi di Baquba, ibu kota provinsi Diyala, sebuah bom tempel mencederai dua warga sipil.
Serangan-serangan itu berlangsung setelah pemerintah Irak mengumumkan bahwa 325 orang tewas sepanjang Juli ini. Angka dari pemerintah biasanya lebih rendah daripada yang diberikan oleh sumber-sumber lain, namun jumlah korban pada Juli itu lebih tinggi dibanding dengan data yang dihimpun oleh AFP. Menurut hitungan AFP, sedikitnya 278 orang tewas dan 683 cedera akibat kekerasan di Irak sepanjang Juli, sedikit lebih rendah daripada angka pada Juni.
Irak dilanda kekerasan yang menewaskan ratusan orang dan kemelut politik sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011. Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.