REPUBLIKA.CO.ID, Adapun penggunaan ilmu perbintangan seperti untuk mengetahui waktu zawal, arah kiblat, dan sebagainya, maka hal ini tidak termasuk dalam larangan tersebut.
Yang sama dengan ini adalah ilmu falak yang dibangun berdasarkan eksperimen-eksperimen dan perbandingan (analogi). Hal ini sangat terpuji, dan ulama-ulama lslam mempunyai peran dan andil besar dalam ilmu ini.
Dengan begitu, ide menghubungkan peruntungan manusia dengan nujum dan perbintangan menurut tanggai kelahiran mereka merupakan ide jahiliah yang tidak didukung oleh dalil naqli dan aqli, dan tidak didasarkan pada fondasi yang kuat baik berupa agama maupun ilmu pengetahuan.
Barangsiapa yang membelanya, maka pembelaannya tidaklah didasarkan pada ilmu pengetahuan, petunjuk, dan kitab yang jelas.
Pada hakikatnya, adanya fenomena seperti ini dan perhatian surat kabar terhadapnya serta antusiasme orang banyak untuk membacanya, bahkan membenarkannya pada suatu waktu. Semua itu menunjukkan beberapa kenyataan penting, yaitu adanya kekosongan dalam kehidupan manusia pada zaman sekarang.
Yang saya maksud dengan kekosongan ini bukanlah kekosongan waktu, tetapi kekosongan pikiran dan jiwa, kekosongan akidah dan kehampaan spiritual, dan kekosongan itu senantiasa menuntut untuk dipenuhi dengan bentuk apa pun.
Karena itu dikatakan dalam kata-kata mutiara, "Barangsiapa yang tidak menyibukkan jiwanya dengan kebenaran, maka jiwa itu akan menyibukkannya dengan kebatilan.”