REPUBLIKA.CO.ID, MANILA--Ribuan warga Filipina telah kembali ke tempat tinggalnya setelah mengungsi akibat gempa, Jumat malam (31/8). Departemen Pertahanan Sipil setempat mencatat sekitar 50 kepala keluarga masih berada di tempat pengungsian karena khawatir terjadi gelombang tsunami.
Evakuasi pengungsian tersebut karena gempa berkekuatan 7,6 skala richter di wilayah lepas pantai timur Filipina itu dikhawatirkan berpotensi tsunami. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebutkan, gempa terjadi pada pukul 20.47 waktu setempat. Episentrum gempa awal dipastikan di titik 146 kilometer sebelah timur Samar dengan kedalaman 34,9 kilometer.
Sebagian besar penduduk Filipina memilih mengungsi di dataran tinggi dekat lokasi gempa. "Mereka khawatir akan diterjang gelombang seperti yang terjadi ketika tsunami Jepang. Tidak sulit untuk meyakinkan warga untuk meninggalkan rumahnya," kata Kepala Pertahanan Sipil Filipina, Benito Ramos, dikutip AFP, Ahad (2/9).
Ia mengatakan, sebagian besar penduduk kembali ke rumahnya masing-masing setelah peringatan tsunami dicabut pemerintah setempat Sabtu pagi. Dikutip AP, lebih dari 6.000 penduduk Filipina mengungsi di jalanan dan kantor pemerintah setempat yang berada di bukit.
Mereka rela beristirahat serta tidur di jalan dan rumput untuk menghindarai bahaya potensi tsunami, ataupun bencana susulan. Pemerintah Filipina sempat mengumumkan peringatan tsunami hingga tingkat waspada tiga untuk enam provinsi di sekitar pesisir Samudera Pasifik.
Pemerintah Filipina menjelaskan, gempa berkekuatan besar itu tidak menyebabkan dampak yang signifikan. Dewan Pengurangan Risiko Bencana Nasional dan Manajemen (NDRRMC) melaporkan, hanya seorang wanita dari Cagayan de Oro City, Filipina selatan yang meninggal dunia terkena longsor di Pulau Mindanao akibat gempa.