REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jurnalis dari 23 negara telah mendirikan The International Association of Religion Journalists (IARJ), atau Asosiasi Internasional Jurnalis Agama, dalam sebuah pertemuan di Rockefeller Foundation Bellagio Center Italia, Ahad waktu setempat.
"Asosiasi ini dibentuk untuk menawarkan jasa, sumber informasi serta dukungan kepada reporter, editor, dan penulis untuk mempersiapkan mereka membuat dan mengupas berita mengenai agama yang akurat, adil dan seimbang," kata Ketua Komite Pengarah IARJ Maria Paz Lopez dalam siaran pers Selasa (4/9) seperti dikutip dari kantor berita ANTARA.
Bantuan untuk jurnalis dalam mengupas berita mengenai agama tersebut dapat diperoleh di situs resmi IARJ. Situs tersebut menawarkan informasi yang relevan mengenai peran agama dan kehidupan beragama di setiap negara di dunia.
Situs itu juga memuat statistik mengenai pemeluk agama, sikap masyarakat beragama, perundangan nasional yang menyangkut kehidupan beragama, latar belakang mengenai konflik antaragama dan antaretnis, dan informasi mengenai sejumlah tradisi agama.
"Jurnalisme agama harus dilaksanakan dengan tanggung jawab. Peliputan yang meningkatkan saling pengertian antar kelompok agama dapat menghilangkan segala praktik diskriminasi dan memperkuat peradaban masyarakat, sementara jurnalisme yang tidak cermat/tidak bertanggung jawab dapat meningkatkan pelecehan atau mempertajam konflik antaragama yang menelantarkan jutaan manusia," tulis siaran pers tersebut.
David Briggs, mantan reporter Associated Press dengan pengalaman lebih dari 25 tahun menulis masalah agama di Amerika Serikat dan internasional, ditunjuk sebagai direktur eksekutif.
Ketika menjajaki pendirian asosiasi ini, Brigg bertemu dengan ratusan jurnalis dari lebih 90 negara mendengarkan berbagai keperluan mereka dan mempelajari gagasan bagaimana melayani penulis dan jurnalis yang meliput masalah agama.
"Ada konsensus di antara mereka mengenai perlunya asosiasi internasional sebagai wadah untuk berbagi informasi dan pengalaman peliputan agama, termasuk pertukaran pengetahuan berdasarkan pengalaman anggota di negara masing-masing," kata Briggs.
Sebagaimana dikutip dari siaran pers tersebut, sekitar 400 jurnalis dari 90 negara sudah diterima sebagai anggota organisasi baru ini.