Selasa 11 Sep 2012 18:59 WIB

Karakter Wayang dan Syiar Islam (5-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Karakter wayang (ilustrasi).
Foto: seasite.niu.edu
Karakter wayang (ilustrasi).

Ajaran Moral Islam

Tak hanya bentuk wayang saja yang dimodifikasi. Para wali penyebar Islam di Jawa pun mengubah cerita wayang dengan menyisipkan ajaran-ajaran dan pesan moral yang sesuai dengan ajaran Islam.

Salah satu contoh ajaran moral Islam yang terkandung dalam cerita wayang dapat kita jumpai pada tokoh Bima dalam lakon Bima Suci.

Ajaran moral Islam yang terkandung dalam lakon Bima Suci dibagi ke dalam empat tahapan, yakni syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Dalam lakon itu, Bima menjadi tokoh sentral yang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan itulah yang menciptakan dunia dan segala isinya.

Dengan keyakinan itu, Bima kemudian mengajarkan kepada saudaranya, Janaka. Selain ajaran moral, lakon ini juga berisi ajaran-ajaran tentang menuntut ilmu, bersikap sabar, berlaku adil, dan bertata krama.

Meski jalan cerita dalam lakon Bima Suci ini syarat dan kental dengan nilai keislaman, di sepanjang alur cerita tidak ditemui istilah-istilah Arab. Menurut para sejarawan, inilah salah satu kepandaian yang dimiliki para Walisongo dalam mentransformasikan nilai-nilai Islam ke dalam budaya setempat.

Cara dakwah yang diterapkan para wali tersebut terbukti efektif. Masyarakat menerima ajaran Islam tanpa ada pertentangan serta penolakan. Ajaran Islam tersebar hampir di seluruh tanah Jawa. Penganut Islam kian hari kian bertambah, termasuk para penguasanya.

Wayang pun kian sering dipentaskan. Tak hanya pada upacara-upacara resmi kerajaan, masyarakat secara umum pun kerap menggelarnya. Karena banyak ajaran moral dan kebaikan dalam lakon-lakonnya yang bisa menjadi tuntunan dalam kehidupan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement