Ahad 16 Sep 2012 06:04 WIB

Inilah 5 Penyebab Seseorang Jadi Putus Asa (1)

Rep: Hannan Putra/ Red: Heri Ruslan
Pantang putus asa
Pantang putus asa

REPUBLIKA.CO.ID, Putus asa adalah perkara yang sangat dicela dalam agama. Putus asa menjadikan seseorang mati sebelum dicabut nyawanya, menjadikannya gagal sebelum ia mencoba menjalankan usahanya.

Di antara sebab-sebab yang dapat menimbulkan keputusasaan adalah:

1.  Mengingat-ingat musibah sampai tidak bisa melupakannya serta dan membayangkannya sampai tidak mampu menjauhkannya. Karena dengan mengingat-ngingat musibah tersebut, maka dia tidak akan menemukan penghiburnya, dan dengan membayang-bayangkannya, maka dia tidak akan mampu bersabar.

Umar bin Khaththab RA pernah mengatakan, “Janganlah kamu mencucurkan air mata karena mengingatnya.”

2. Penyesalan dan berduka cita yang berlebihan sehingga dia tidak mampu mengambil pelajaran dari musibah yang dideritanya dan tidak mampu mengganti sesuatu yang telah hilang. Dengan adanya penyesalan tersebut, maka penderitaannya akan semakin bertambah, dan dengan duka citanya tersebut akan menambah keputusasaannya.

Allah SWT berfirman, “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al Hadid: 23).

Sebuah syair juga pernah mengatakan, “Jika kamu mendapat musibah, maka berpegang teguhlah kepada Allah dan meminta keridhaan-Nya. Karena Dzat yang dapat menghilangkan musibah tersebut hanyalah Allah. Jika Allah telah menetapkan ketentuannya, maka tunduklah kepada kekuasaan-Nya. Karena tidak akan ada seorang manusiapun yang dapat mensiasati apa yang telah ditentukan oleh Allah. Keputusasaan itu akan memutuskan harapan pelakunya, maka janganlah kamu berputus asa, karena Allah-lah Dzat yang telah menciptakannya.

3. Banyak mengeluh dan tidak sabar. Sebagaimana hal ini telah disinyalir oleh Allah SWT dalam firman-Nya, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (Al Ma’arij: Yakni sabar yang tidak disertai dengan keluhan dan kesedihan yang mendalam.

Anas bin Malik telah meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Tidak dianggap  sabar orang yang mendalam kesedihannya.”

Ka'ab Al Ahbar telah menceritakan bahwa dalam kitab Taurat tertulis, “Barang siapa yang ditimpa musibah, lalu mengadukannya kepada manusia, maka sama dengan mengeluh kepada Tuhannya.”

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement