Senin 24 Sep 2012 10:32 WIB

Siapa Dibalik Charlie Hebdo?

 Seorang polisi Prancis berdiri di depan kantor pusat Majalah Charlie Hebdo.
Foto: AP
Seorang polisi Prancis berdiri di depan kantor pusat Majalah Charlie Hebdo.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Nama Charlie Hebdo diadaptasi dari seorang jenderal terkenal Prancis yang terlibat dalam Perang Dunia II, Jenderal Charles de Gaulle. Ia terpilih sebagai Presiden Prancis pada 21 Desember 1958, dan pensiun pada 1969.

Charlie juga berarti Charlie Brown, tokoh paling santai dari komik Peanuts. Ia terkenal sebagai pembuat karakter anjing lucu bernama Snoopy. Filosofi nama Charlie diharapkan kritis seperti de Gaulle, namun tetap santai menghadapi masalah laiknya Brown.

Sejak awal terbitnya pada 1969, Charlie Hebdo memang mengkhususkan diri pada media satir, antiagama, penganut ideologi sayap kanan dan ateis. Tidak hanya mengkritik, mengumpat bahkan menjadi barang jualan media yang terbit sabah Rabu itu. Namun, dalam beberapa karyanya, Charlie Hebdo terang-terangan mendukung Yahudi dan Zionis Israel.

Lantas siapakah dibalik Charlie Hebdo? Saat ini Charlie Hebdo dipimpin Gerard Biard. Charlie Hebdo bisa dibilang media independen karena semua pendanaan datang dari patungan para pendirinya, Phillipe Val, Georges Blondeaux, Jean Cabut, dan Renauld Sechan.

Tapi independen Charlie Hebdo tercemar oleh ideologi Phillipe Val yang diketahui sebagai pendukung Yahudi dan Zionis Israel. Ia juga diketahui anti-Islam. Tak heran jika pemberitaan Charlie Hebdo banyak mengkritik dan menghina Islam.

Sejatinya, media ini sudah bangkrut tak lama setelah terbit. Tapi, pada 1992 Charlie Hebdo kembali terbit dan menjadi media yang mengkritisi setiap kebijakan negara-negara Islam.

Majalah beroplah 150 ribu itu sebenarnya tidak dilirik warga Prancis. Charlie Hebdo mulai terkenal tidak hanya di Negeri Menara Eiffel itu, tapi juga dunia, setelah menerbitkan kartu Nabi Muhammad SAW. Mereka menggambarkan Rasulullah SAW dalam keadaan tanpa busana.

Majalah itu juga mengutip kartu di Jyllands Posten, media Denmark yang juga melecehkan Nabi Muhammad SAW lewat komik untuk kali pertama. Karena penerbitan kartu Nabi, Charlie Hebdo dikecam umat muslim dunia, dan Prancis terkena imbasnya.

Charlie Hebdo seolah-olah mengambil keuntungan dengan memercikan minyak tanah, saat emosi umat muslim dunia terbakar dengan penayangan film 'Innocence of Muslims' buatan Amerika Serikat. Film itu juga menghina umat Islam dan Nabi Muhammad SAW.

Karena ulah Charlie Hebdo, Pemerintah Prancis memutuskan menutup Kantor Kedutaan Besar, konsulat, pusat kebudayaan, dan sekolah internasional di 20 negara-negara Islam.

Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius mengkritik keputusan Charlie Hebdo menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW. Sebab, Prancis juga terkena getahnya.

"Di Prancis, ada prinsip kebebasan berekspresi, yang tidak boleh dirusak," kata Fabius.

"Dalam konteks ini, mengingat video (Innocence of Muslims) tidak masuk akal yang telah ditayangkan, emosi yang kuat telah terbangun di banyak negara muslim. Apakah itu benar-benar masuk akal atau cerdas untuk menuangkan minyak ke dalam api?" ujar Fabius geram.

sumber : wikipedia
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement