Kamis 27 Sep 2012 20:49 WIB

Ongkos Produksi Manufaktur di Indonesia Mahal

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Hafidz Muftisany
Pertumbuhan Industri Indonesia dibayangi mahalnya ongkos produksi dan energi
Foto: Antara
Pertumbuhan Industri Indonesia dibayangi mahalnya ongkos produksi dan energi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Biaya produksi manufaktur di Indonesia lebih mahal 30 persen dibandingkan negara lain. Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGM) Ahmad Syafiun mengatakan industri di Indonesia termasuk berbiaya tinggi. Pasalnya, harga energi di Indonesia terbilang mahal.

Ia membandingkan kondisi Indonesia dengan beberapa negara lain di kawasan Asia Tenggara. Industri di Filipina masih bisa menikmati harga listrik 7 sen dolar per Kwh. Padahal, Filipina tidak memiliki sumber energi primer. Belum lagi jika dibandingkan dengan Korea Selatan yang banyak memakai tenaga nuklir atau air untuk sumber energi.

Kenaikan tarif dasar listrik pada 2013 mendatang, akan semakin meningkatkan biaya produksi. Apalagi, industri juga sudah mengalami kenaikan harga gas 35 persen dari harga semula 6,6 dolar per mmbtu.

"Semua biaya disini lebih mahal, logistik lebih mahal. Daya saing kita semakin ditekan," ujar Syafiun saat ditemui, Kamis (27/9).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement