REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Gelombang kedatangan jamaah calon haji ke Kota Madinah diperkirakan mencapai puncaknya pada Jumat (28/9). ‘’Jika pada Jumat ini masuk sekitar 10 ribu lagi jamaah, maka mulai Jumat ini akan terjadi puncak jamaah calon haji,’’ ujar Kepala Daerah Kerja Madinah, Akhmad Jauhari, Jumat (28/9).
Menurut Jauhari, hal ini terjadi karena menginjak hari kedelapan jamaah di Madinah, akan terjadi penumpukan jamaah, sehingga diperkirakan ada sekitar 50-52 ribu jamaah di kota ini. Jumlah 52 ribu jamaah ini akan bertahan hingga 8-9 hari ke depan. ‘’Setelah sembilan hari itu, jumlah jamaah akan berangsur turun,’’ ujar Jauhari.
Saat ini Jauhari memperkirakan masih akan ada 60 ribu jamaah calon haji yang siap memasuki Madinah. Hingga Kamis (27/9) malam, jumlah jamaah yang memasuki Madinah mencapai 42 ribu orang yang berasal dari 104 kloter. Jauhari mengungkapkan, hampir seluruh embarkasi telah terwakili dalam kloter-kloter tersebut.
Jauhari menambahkan, pihaknya telah mempersiapkan keberangkatan jamaah menuju Makkah dari Bir Ali pada Ahad (30/9). Untuk itu pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pihak Muasasah Adilla atau penghubung pemondokan jamaah termasuk pula dengan pihak ketua kloter.
Pada Ahad tersebut, Jauhari menyebutkan, akan ada 15 kloter yang berangkat. Diperkirakan, hampir 6.000 jamaahyang berangkat mulai dari pagi sekitar pukul 06.00 hingga malam pukul 19.00 waktu setempat. Sedangkan embarkasi yang diberangkatkan di antaranya berasal dari Medan, Palembang, Solo, Batam, Surabaya, Jakarta, Lombok, Padang, Ujung Pandang, serta Balikpapan.
Petugas sendiri akan melakukan pengecekan terhadap dokumen perjalanan seperti paspor. ‘’Semoga semua dokumen lengkap, sehingga seluruh proses keberangkatan tak mengalami hambatan,’’ lanjutnya.
Koordinasi dengan pihak Muasasah (petugas penghubung pemondokan) dilakukan terkait dengan jadwal keberangkatan. Soalnya, mereka inilah yang menyiapkan sarana transportasi untuk jamaah.
Jika diketahui ada jamaah yang sakit, pihak Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) akan membentuk tim evakuasi. Selanjutnya, kondisi jamaah sakit itu akan dipantau terus. Bila memang tak bisa berangkat dengan bus, maka jamaah tersebut akan dibawa dengan ambulans. ‘’Pasien akan didampingi oleh dokter,’’ papar Jauhari.
Selain itu, Jauhari juga sempat menyinggung soal keterlambatan penerbangan. Menurut dia, keterlambatan masih terjadi karena berbagai faktor seperti adanya proses administrasi bandara. Meski begitu, dia mengatakan, secara resmi ada tiga kloter yang mengalami penundaan.
Jika terjadi penundaan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak Majmuah agar jamaah bisa tetap melaksanakan shalat arbain dan tidak akan terganggu kelancaran ibadahnya.