REPUBLIKA.CO.ID, Soal kedermawanan, Hatimlah jagonya. Nasihat soal kebaikan maka Hatim dijadikan sebagai representasi. “Akrim min Hatim, berbuatlah kemuliaan lebih baik dari Hatim.”
Abu Safanah, demikian sapaan ayahnya yang merujuk pada status putri pertamanya itu, tak dibuat gelap oleh gemerlap dunia.
Ia sering menyediakan hidangan, baik bagi tamu atau siapa pun yang membutuhkan, meskipun tak jarang, kebaikannya itu menomorduakan keluarganya.
Selain dikenal baik hati, Abu ‘Addi, demikian ia dijuluki dengan nama anak keduanya Addi, piawai menyusun kata, frasa, dan bermain kosakata. Ia adalah penyair andal.
Rasulullah SAW mengakui keluhuran pekerti ayah Safanah. Tatkala Safanah menceritakan perihal sosok sang ayah kepada Nabi, Rasul memberikan komentar luar biasa.
“Wahai anak perempuan, semua sifat yang dimiliki ayahmu, sejatinya adalah karakter Mukmin yang sebenarnya. Seandainya, ayahmu Muslim, kita akan sangat menyayanginya. Tinggalkan Safanah karena ayahnya menyukai pekerti luhur, dan Allah SWT juga mencintai hal yang sama.”
Namun sayang, sampai mengembuskan nafas terakhirnya pada 46 Hijriah, Abu Safanah belum memeluk Islam.
Minim informasi
Tak ada informasi lebih lengkap perihal riwayat hidup Safanah. Cerita tentang kebaikannya mengalahkan popularitas riwayat hidupnya.
Sejumlah literatur tidak mencantumkan sama sekali kapan tokoh sahabat perempuan (shahabiat) ini lahir dan meninggal dunia. Kisah yang dinukil hanya dipenuhi dengan semerbak kedermawanannya.