Kamis 04 Oct 2012 18:36 WIB

Rubayyi binti Mu'awidz, Kisah Kecintaan Seorang Muslimah (1)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Kecintaan terhadap agama Islam bisa dilakukan dengan beragam cara.

Rubayyi binti Mu'awidz, seorang Muslimah dan sahabat Rasulullah SAW menunjukkan cintanya kepada Islam dan Rasulullah SAW dengan caranya sendiri.

Ia tak segan-segan untuk terjun ke medan peperangan demi menegakkan agama Allah.

Menurut Maulana Muhammad Zakariya Al-Kandahlawi dalam kitabnya bertajuk “Fadha'il Qur'an”, Rubayyi adalah seorang sahabiyah Anshar. 

Ia masuk Islam sebelum hijrah dan termasuk salah seorang yang melakukan baiat di bawah pohon untuk sehidup semati dengan Rasulullah sebelum terjadinya Perjanjian Hudaibiyah.

 

Nama lengkapnya Rubayyi binti Mu’awwidz ibnu Afra’ binti Al-Harits ibn Rifa’ah ibnu Al-Harits ibnu Sawad ibnu Malik ibnu Ghanam ibnu Malik ibnu An-Najjar Al-Anshariyah.

Rubayyi merupakan istri Anas ibnu Malik, setelah sebelumnya menikah dengan Iyyas ibnu Al-Bakir Al-Laisiy. Menurut Al-Kandahlawi, pernikahannya dihadiri Rasulullah SAW.

Dalam acara pernikahannya itu beberapa anak perempuan bergembira, mereka membacakan syair-syair tentang jasa-jasa orang Anshar dan tokoh mereka yang telah syahid dalam Perang Badar.

Di antara mereka ada yang melantunkan satu bait syair, ''Di kalangan kami ada seorang Nabi yang mengetahui kejadian yang akan datang.''

Mendengar syair itu, Rasulullah SAW langsung melarangnya. Menurut Rasulullah SAW yang mengetahui keadaan yang akan datang hanyalah Allah SWT. 

Sebagai bentuk kecintaannya terhadap Islam,  Rubayyi juga turut memperkuat pasukan Islam dalam  sejumlah peperangan. Ia bertugas memberi minum pasukan, menyiapkan keperluan mereka, dan merawat pasukan yang terluka atau mati.

Ia meriwayatkan hadits langsung dari Rasulullah. Adapun yang meriwayatkan hadisnya adalah anaknya; Aisyah binti Anas ibnu Malik, Khalid ibnu Dzakwan, Sulaiman ibnu Yasar, Muhammad ibnu Abdurrahman ibn Tsauban, Abu Salamah ibn Abdurrahman, Nafi maula ibnu Umar, Abu Ubaidah ibnu Muhammad ibnu Ammar, Unbadah ibnu Al-Walid ibnu Ubadah, dan Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement