Rabu 10 Oct 2012 22:01 WIB

Ribuan Tas Jamaah Masih Tertinggal di Madinah

Rep: Endah Hapsari/ Red: Dewi Mardiani
Jamaah calon haji (calhaj) Indonesia (ilustrasi).
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Jamaah calon haji (calhaj) Indonesia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Akibat kapasitas bagasi terbatas dan larangan membawa barang bawaan dalam bus, ribuan tas dan barang bawaan masih tertinggal di Madinah. ‘’Ada sekitar 1.715 barang bawaan jamaah yang masih tertinggal di Madinah,’’ ujar Sekretaris Misi Haji Indonesia Daerah Kerja Madinah, Mohammad Sofwan Abdul Djani, Rabu (10/10).

Barang bawaan yang tertinggal itu setidaknya berasal dari sekitar 20 kloter. Hal ini dipicu oleh keterbatasan kapasitas bagasi angkutan bus Abu Sharhad yang ditugaskan untuk mengangkut jamaah calon haji dari Madinah ke Makkah. Selain itu, ada pula larangan agar jamaah tidak membawa masuk barang bawaan dalam bus.

Dari jumlah itu, ada puluhan tas besar yang tertinggal dan sisanya adalah tas bawaan atau tentengan. Sayangnya, justru tas bawaan jamaah itu yang banyak dijadikan tempat jamaah untuk menyimpan barang berharga. Karena itulah, kata Sofwan, pihaknya terus meminta agar tas tentengan bisa masuk dan jangan sampai tertinggal.

Sofwan juga menampik kemungkinan tas bawaan jamaah yang terlalu banyak, sehingga menyulitkan pengangkutan. Menurut dia, jamaah calon haji masih menggunakan tas yang sama dari pemerintah. Dalam arti, tidak ada kelebihan barang bawaan jamaah. ‘’Yang seringkali jadi masalah adalah karena adanya larangan tak boleh ada tas bawaan dalam bus,’’ ujarnya.

Seluruh sektor juga kini dikerahkan untuk membantu rencana keberangkatan jamaah, tak hanya orang tetapi juga barang. Apalagi, seringkali terjadi masalah barang bawaan yang tertinggal kendati itu sebenarnya tanggung jawab pihak naqabah (angkutan transportasi). ‘’Tapi pada akhirnya selalu kita yang disalahkan,’’ ujar Sofwan.

Pihaknya sendiri selalu memprotes kebijakan yang dinilai merugikan kepentingan jamaah seperti urusan tas tertinggal itu. ‘’Realisasinya, selalu ada saja masalah ketinggalan tas jamaah,’’ lanjut dia.

Dia berharap, pada pelaksanaan ibadah haji tahun depan, kejadian serupa tak terulang lagi. ‘’Kami akan melakukan nego ulang atau kontrak dipertegas lagi sehingga seluruh tanggung jawab dibebankan pada naqabah,’’ ujar Sofwan tegas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement