REPUBLIKA.CO.ID,MICHIGAN -- Mahasiswa Muslim Center Michigan University memanfaatkan jilbab sebagai simbol kampanye mempromosikan ajaran islam. Jilbab dipilih lantaran mewakili kesalahpahaman tentang Islam dan Muslim.
Dalam satu acara yang berlangsung pekan lalu, mereka menggelar Hijab Week : Sebuah Pengalaman dalam Pembauran Budaya". Pada pekan tersebut sebanyak 25 mahasiswa non-Muslim jurusan filsafat dan agama, terutama mahasiswi diminta menjadi Muslim selama seminggu.
Mereka kenakan jilbab, berbusana serba tertutup, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Kordinator Hijab Week, Amanda Jaczkowski, mengatakan acara ini menekankan bahwa jilbab adalah sebuah pilihan. Jilbab juga merupakan sumbol dari komitmen Muslimah terhadap agamanya.
"Ide ini datang dari kakak saya yang kebetulan mengikuti kuliah tentang Islam," kata dia seperti dikutip onislam.net, Sabtu (20/10).Dalam kuliah itu, ia menemukan banyak hal yang disalahpahami.
Seluruh mahasiswi yang turut serta dalam acara itu mengaku memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang apa yang dihadapi Muslim setiap hari di AS. "Melihat stigma saat ini tentang Islam dan Muslim, terlihat ada yang berbeda ketika anda melihatnya dari perspektif mereka," papar Hannah Foley, salah seorang mahasiswi yang ikut serta.
Rekannya yang lain, Natasha Gabara mengakui keikutsertaan dirinya menjadi Muslimah selama seminggu membuatnya memiliki rasa empati terhadap posisi perempuan dalam budaya Islam. "Anda melihatku seperti canggung," kata dia.
Ally Hermann mengatakan ketika ia menjadi Muslimah banyak mengalami perlakuan berbeda. Ia harus banyak tersenyum dengan tatapan bernada curiga.
Jaczkowsi mengatakan Hijab Week ini memberikan dampak positif terhadap usaha mempromosikan ajaran Islam. Mereka yang ambil bagian begitu bersemangat. "Mereka telepon keluarga untuk memberitahu aktivitas mereka menjadi Muslim selama seminggu," pungkasnya.