REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Calon Presiden terpopuler Korea Selatan Park Geun-Hye berjanji atas sebuah kebijakan baru untuk membangun hubungan dengan Pyongyang dan mengatakan akan mengadakan pertemuan puncak dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Dalam upayanya yang jelas berbeda jauh dari kebijakan garis keras Presiden Lee Myung Bak, yang mengikuti kebijakan partai konservatif, Park mengatakan akan mencari hubungan yang lebih seimbang dengan Pyongyang.
"Berbagai media komunikasi harus tetap terbuka untuk membangun kepercayaan. Saya akan bertemu dengan Pemimpin Korea Utara jika diperlukan untuk mengembangkan hubungan antara kedua negara Korea," kata Park kepada wartawan.
"Kita harus melupakan era divisi dan konfrontasi untuk membuka era baru perdamaian dan harmonisasi," kata Park, sementara menekankan bahwa provokasi militer harus diakhiri terhadap Pyongyang dan menghentikan program nuklirnya.
"Persenjataan nuklir Korea Utara tidak boleh ditoleransi. Kami harus memperkuat pencegahan untuk menetralkan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara," kata Park.
Park, putri seorang militer kuat Korea Selatan, mengatakan dia akan membuka kantor perhubungan di Seoul dan Pyongyang, jika dia terpilih, untuk mempromosikan pertukaran budaya, sosial dan ekonomi. Dia juga menekankan bahwa kerjasama kemanusiaan antara kedua negara Korea harus terhindar dari hubungan politik.
Ketika Presiden Lee berkuasa pada 2008, dia menghentikan bantuan ke wilayah miskin di Utara, dia mengatakan bahwa pengiriman makanan selanjutnya akan tergantung pada kemajuan isu nuklir.
Hubungan keduanya membeku sejak Seoul menuduh Pyongyang menyerang salah satu kapal perang dengan terpedo pada Maret 2010 yang menewaskan 43 orang. Korea utara membantah keterlibatannya, namun menduduki perbatasan pulau di Korea Selatan pada November di tahun yang sama.
Park, yang saat ini memimpin jajak pendapat untuk pemilihan presiden 19 Desember, juga mengatakan dia akan menindak tegas perselisihan teritorial di timur laut Asia.
Pernyataan tersebut adalah referensi yang jelas sepanjang satu dasawarsa dengan Jepang selama pulau terisolasi bernama Dokdo di Korea dan Takeshima di Jepang yang dikendalikan oleh Korea Selatan tetapi diklaim oleh kedua negara. Sengketa memanas pada Agustus ketika Presiden Lee melakukan kunjungan mengejutkan ke pulau-pulau tersebut, yang dikutuk Tokyo sebagai upaya provokatif yang disengaja.