Rabu 07 Nov 2012 14:29 WIB

Etika Islami dalam Pergaulan (1)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Wahai kaum Muslimin, bertakwalah kepada Allah, bersegeralah memohon ampunan dan keridhaan-Nya.

Sesungguhnya, Allah SWT telah menjelaskan kepadamu jalan-jalan kebaikan dan telah menundukkannya untukmu. Dan telah membuka di hadapanmu pintu-pintu ilmu pengetahuan sebagai bekal menuju Allah SWT melalui jalan-Nya yang lurus.

Wahai hamba Allah, sesungguhnya sarana paling selamat dalam kehidupan adalah berlaku santun kepada Allah SWT di dalam segala hal, memelihara hak-hak-Nya, melakukan kewajiban-kewajiban kepada Allah dengan ikhlas, rela hati, taat dan penuh hormat.

Di samping itu dengan menjaga perintah-perintah-Nya dan berjalan sesuai dengan petunjuk Nabi SAW di dalam segala urusan, menerima apa yang didatangkan Allah kepada Rasul-Nya dengan akidah yang mantap dan iman yang kuat.

Wahai kaum Muslimin, dewasa ini kita sering melihat dan mendengar di jalan-ialan dan dalam tubuh masyarakat hal-hal yang bisa menimbulkan kerawanan suasana. Semua itu bisa terjadi karena kekurangajaran manusia kepada Allah dan ajaran-ajaran agama, juga karena lunturnya akhlak, etika dan harga diri.

Semua itu terungkap dalam umpatan, caci maki dan tuduhan berzina. Kata-kata yang membuat kulit merinding bila mendengarnya dan pasti tidak diucapkan oleh orang-orang yang berbudi baik. Semua itu bukan akhlak orang-orang yang beriman. Seorang mukmin tidak suka melaknat dan mencaci maki.

Rasulullah SAW telah bersabda, “SeorangMukmin bukan yang suka mencela, melaknat, berkata kotor dan rendah.”

Dan Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba bila melaknat sesuatu, laknatnya naik ke langit. Tetapi, pintu-pintu langit tertutup untuknya. Lalu, ia turun kembali ke bumi, tetapi pintu-pintu bumi juga tertutup untuknya.”

Kemudian, ia berjalan ke kiri dan ke kanan. Jika tidak menjumpai jalan keluar, ia kembali ke orang yang dilaknat, apabila memang layak untuk menerima laknat. Jika tidak, maka ia kembali ke orang yang mengucapkannya.”

* Khutbah Masjidil Haram oleh Syekh Abdullah Ibnu Muhammad Al-Khulaifi, Khatib dan Imam Masjidil Haram

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement