REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Terpilihnya Barrack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) kedua kalinya dapat membuka peluang adanya negosiasi antara negeri Paman Sam dengan Iran. Hal itu terkait program nuklir yang dikembangkan negara yang dipimpin Mahmoud Ahmadinejad tersebut.
Rencana itu mendapat kecaman keras dari AS. Apalagi sekutunya, Israel, yang jelas jarak daratnya tidak berjauhan dengan Iran, sempat mendorong aksi militer melawan Iran.
"Obama menyiapkan dasar yang sangat hati-hati terkait isu nuklir Iran," ungkap seorang ahli tentang Iran yang juga mantan Pejabat Keamanan Nasional Amerika, Gary Sick, Kamis (8/11).
Terpilihnya Obama memang memunculkan peluang adanya pendekatan diplomatis terhadap Iran. Sebelumnya seorang pejabat Iran, Sadeq Kharrazi, mengungkapkan harapannya agar Obama terpilih lagi. Ia berharap dengan terpilihnya Obama ketegangan Barat dengan Islam bisa berkurang
Sebulan lalu, Gedung Putih menyatakan pilihan pembicaraan bilateral dengan Iran meskipun Amerika tidak memiliki hubungan diplomatis dengan negara itu. Barat dan Israel selama ini memang gencar mengecam Iran terkait pengembangan program nuklir yang dikembangkan negara tetangga Irak itu.