REPUBLIKA.CO.ID, Gempa hebat yang menewaskan sekitar 300 ribu orang sekitar dua tahun lalu membuat Haiti kebanjiran bantuan dari negara Muslim.
Hal ini pula yang membuat perkembangan Islam di Haiti beberapa tahun terakhir ini begitu cemerlang.
Presenter televisi lokal Haiti yang kini telah menjadi mualaf, Kishner Billy, menyatakan dibandingkan relawan non-Muslim, jumlah relawan Muslim lebih banyak. "Dari para relawan Muslim inilah kemudian penduduk Haiti mengenal Islam," katanya.
Islam, menurutnya, mampu memberikan kekuatan bagi penduduk Haiti yang hampir kehilangan semuanya akibat bencana tersebut. Pendapat itu diamini oleh Darlene Derosier.
Perempuan yang bekerja sebagai guru ini kehilangan rumah dan suaminya akibat gempa. Dia pun didera trauma yang tak terperi. Dia dan dua orang anak perempuannya harus tinggal di tenda pengungsian berimpitan dengan ribuan korban gempa lainnya.
Namun, kesengsaraan itu mampu dihadapinya dengan tegar. "Agama membuat saya bisa bertahan," tuturnya. Agama yang dianutnya bukan Katolik, Protestan, ataupun kepercayaan Voodoo yang banyak dianut oleh penduduk negeri ini.
Darlene memutuskan untuk memeluk Islam tak berapa lama setelah bencana tersebut terjadi. Islam, menurut Darlene, tak hanya membuatnya bisa bertahan secara emosional, namun juga dari penyakit yang kerap diderita oleh para pengungsi.
"Islam mewajibkan penganutnya untuk memiliki disiplin diri yang tinggi dan sangat memerhatikan pendidikan serta kebersihan," ujarnya. Ajaran inilah yang membuat banyak pengungsi Muslim terhindar dari penyakit kolera.
Padahal, berdasarkan data, sebanyak 600 ribu pengungsi menderita penyakit kulit yang disebabkan kondisi air yang tidak bersih. Sementara 7.500 orang lainnya tewas oleh penyakit itu.