REPUBLIKA.CO.ID, Pengembangan dari koperasi pondok pesantren (Kopontren) Al-Ikhlas di antaranya membuat sapu dari kayu yang per bulan menghasilkan 20 ribu sampai 30 ribu batang.
Kerajinan sapu tersebut telah diekspor ke berbagai negara.
Untuk unggas, Al-Ikhlas mengembangkan ternak burung puyuh. Jumlahnya kini mencapai 100 ribu ekor.
Dipilihnya puyuh, lanjut Thoha, karena burung-burung kecil itu lebih murah pengelolaannya, sedangkan keuntungan jauh lebih besar.
Unggas kecil yang dikelola di Pesantren Al-Ikhlas ini bisa memenuhi kebutuhan puyuh di Demak, Kendal, Kali Ungu, dan sekitarnya.
Namun, lanjut kiai yang pernah menuntut ilmu di Yordania, Mesir, dan Arab Saudi ini, program ke depan akan mengalihkan puyuh ke ayam telur.
Karena jumlah buruh puyuhnya sudah //overload sehingga perlu mengembangkan jenis unggas lain, yaitu ayam.
Dari keuntungan wirausaha pesantren, Thoha menyisihkan 25 persen untuk kebutuhan pondok, 25 persen untuk kebutuhan makan dan keperluan para santri, sedangkan sisanya untuk gaji para ustaz dan pengembangan usaha lainnya.
Kawasan pesantren yang berada di areal seluas 10 hektare ini tidak hanya dikuasai pondok dan para santrinya. KH Thoha melibatkan pula masya rakat sekitar untuk aktif membangun usaha-usaha yang dikembangkan pesantren.
Masyarakat diajarkan cara mengelola agrobisnis dengan baik sehingga mereka juga berhasil. Oleh karena itu, peningkatan ekonomi tidak hanya dirasakan para santri, tetapi juga masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Al-Ikhlas.