REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Delapan hari pemboman Israel atas Jalur Gaza mengakibatkan kerugian langsung dan tak langsung lebih dari 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 12 triliun ), kata juru bicara pemerintah Hamas pada Minggu.
"Biaya seluruh kerusakan akibat gempuran Israel adalah 1,245 miliar dolar Amerika Serikat (lebih kurang 12 triliun rupiah)," kata Taher Nunu kepada wartawan di kota Gaza.
Ia menyatakan kerusakan langsung akibat lebih dari sepekan pemboman udara Israel menelan biaya 545 juta dolar Amerika Serikat (kira-kira 4,2 triliun rupiah), sementara kerusakan tidak langsung menambahkan hingga sekitar 700 dolar Amerika Serikat (sekira 70 miliar rupiah).
Nunu menyatakan gempuran delapan hari itu betul-betul menghancurkan 200 rumah dan merusak sebagian 8.000 lagi. Sejumlah 42 bangunan perumahan lain, termasuk markas pemerintah Hamas, juga hancur-lebur, katanya.
Tiga masjid dan satu pusat kesehatan rata tanah serta ratusan bangunan resmi juga sebagian hancur, kata Nunu.
Selama gempuran itu, tentara Israel menyatakan menghantam lebih dari 1.500 sasaran, termasuk 19 pusat komando, 26 pabrik senjata dan sarana penyimpanan serta "ratusan peluncur roket bawah tanah", di samping "puluhan" peluncur roket jarak jauh.
Angka kementerian kesehatan Hamas menunjukkan bahwa pada 14-21 November, 166 warga Gaza tewas, kebanyakan warga, dan 1.235 orang lagi luka.
Dari yang tewas, sedikit-dikitnya 43 anak-anak dan 13 wanita, kata layanan darurat dan kelompok hak asasi.
Di Israel, roket tembakan dari Gaza menewaskan enam orang Israel -empat warga dan dua tentara- serta 240 orang lagi luka, kata tentara.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan pada pekan lalu menuduh Israel melakukan pembersihan bangsa di Gaza, dengan menyatakan serangan udara negara Yahudi itu tidak dapat dianggap membela diri.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon pada pekan sama menyatakan gerakan darat Israel di Gaza akan mengakibatkan pergolakan berbahaya, yang harus dihindari.
Gempuran darat atas Jalur Gaza akan menghilangkan kepercayaan dan dukungan negara lain terhadap Israel, kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague memperingatkan pada beberapa hari sebelumnya.