REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat DKI Jakarta menginginkan calon gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 bersih dari korupsi. Hal tersebut terungkap dari hasil penelitian Soegeng Sarjadi School of Goverment (SSSG) yang dipresentasikan dalam focus group discussion di Jakarta, Selasa (17/4).
Dalam Riset Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta 2012: Publik versus Tokoh (Sebuah Perbandingan) disebutkan bahwa kriteria tersebut memiliki prosentase sebesar 38 persen. Survei itu melibatkan 1.180 responden. Menurut Direktur Eksekuti SSSG, Fadjroel Rachman, kenyataan ini patut disyukuri. "Itu artinya masyarakat Jakarta menginginkan pemimpin yang bersih dari korupsi," ujarnya.
Kriteria berikutnya yang diinginkan berdasarkan survei ini adalah memiliki loyalitas yang tinggi dengan prosentase sebesar 27 persen. Disusul oleh unsur diterima oleh semua kalangan serta memiliki komitmen yang masing-masing membukukan presentase 14 dan 12 persen.
Berdasarkan tinjauan latar belakang suku bangsa, terlihat masyarakat DKI Jakarta tidak terlalu memedulikannya. Sebanyak 56 persen responden memilih jawaban 'sama saja'. Itu artinya, masyarakat DKI Jakarta tidak memedulikan latar belakang suku bangka, entah itu dari kalangan Betawi maupun non-Betawi.
Sedangkan dari latar belakang usia, masyarakat Jakarta pun tidak terlalu memedulikannya. Sebanyak 42 persen menjawab 'sama saja' saat ditanyakan apakah tokoh muda (berusia di bawah lima puluh tahun) atau tokoh tua (berusia 50 tahun ke atas) yang sesuai untuk calon gubernur DKI Jakarta.
Berdasarkan latar belakang paham politik, survei ini menunjukkan masyarakat Jakarta menginginkan calon gubernur dari kalangan nasionalis. Hal ini tercermin dari perolehan sebanyak 65 persen suara. Sedangkan dari kalangan agamis, hanya 10 persen responden yang menginginkannya.