Kamis 03 May 2012 16:47 WIB

Hidayat akan Sulap Perkampungan Nelayan Jadi Tempat Wisata

Hidayat Nur Wahid
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Hidayat Nur Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Calon Gubernur DKI Jakarta Hidayat Nurwahid menilai perkampungan nelayan Muara Angke bisa menjadi kawasan yang bernilai ekonomis bagi DKI Jakarta dengan menjadikan daerah tersebut sebagai kawasan pariwisata lingkungan.

Potensi tersebut, kata Hidayat ketika mengunjungi kampung nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis (2/5), sayangnya tertutup karena pengelolaan kawasan yang tidak tepat dan pencemaran lingkungan yang sudah cukup parah.

"Pengelolaannya seharusnya dapat mencontoh seperti kampung nelayan di Belanda dan Thailand. Bahkan kampung nelayan di Muara Angke ini punya nilai lebih karena memiliki hutan mangrove dan taman margasatwa," kata Hidayat.

Dia mencontohkan pencemaran lingkungan yang parah terjadi di Muara Angke itu seperti penumpukan sampah. Mantan Ketua MPR ini menjelaskan setiap hari kampung nelayan mendapat limpahan 1.400 meter kubik sampah, namun hanya 40 meter kubik saja yang dapat diambil oleh Suku Dinas Kebersihan DKI, sisanya terbiarkan.

Sampah rumah tangga kebanyakan berasal dari wilayah selatan Jakarta yang dibawa Sungai Ciliwung, sedangkan limbah industri dari Kali Angke. "Masalah ini harus segera dibenahi, agar menghadirkan kesehatan bagi warga kampung nelayan, dan kawasan ini dapat dimaksimalkan sebagai wisata lingkungan sehingga bermanfaat secara ekonomis bagi warganya," ujar Hidayat.

Dengan teratasinya sampah di kawasan ini, ia melanjutkan, anak-anak warga kampung nelayan bisa bemain dan belajar dengan layak. "Karena selama ini tempat bermain anak-anak berada di atas tumpukan sampah. Ini sangat memprihatinkan bagi kesehatan generasi kita," cetusnya.

Pengelolaan sampah yang tepat di kampung nelayan ini akan berdampak pula terhadap kehadiran Taman Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) yang sudah ada di Muara Angke. Luas keseluruhan suaka ini 170,6 hektare, yang terbagi atas suaka margasatwa, hutan lindung dan Taman Wisata Alam Angke-Kapuk. Sementara SMMA sendiri luasnya hanya 25 hektare.

"Kawasan hutan bakau seluas 25,02 hektare dihuni tak kurang dari 90 spesies burung. Pada tahun 2003, Birdlife International, organisasi pelestari burung, memasukkan kawasan Muara Angke sebagai daerah penting yang harus dilindungi. Bisa dibayangkan, bagaimana dampak ekonomi dan lingkungan yang dihadirkan jika wisata lingkungan di kampung nelayan ini benar-benar dapat dimaksimalkan," tandas Hidayat.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement