Ahad 17 Jun 2012 21:01 WIB

Sosiolog UI: Tagline 'Berkumis' tak ada Masalah

Rep: Umi Lailatul/ Red: Djibril Muhammad
Sosiolog UI Thamrin Amal Tomagola
Sosiolog UI Thamrin Amal Tomagola

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kisruh pemakaian tagline berkumis terus mewarnai persiapan jelang pilkada DKI Jakarta 2012. Pemakaian tagline berkumis oleh tim sukses pasangan Hendarji-A Riza menurut pakar sosiologi, Profesor Thamrin Amal Tamagola merupakan hal yang tidak perlu dimasalahkan.

"Hendardji memakai tagline Jakarta Jangan Berkumis, maksudnya agar Jakarta jangan berantakan, kumuh dan miskin. Itu maksud yang bagus," kata Thamrin, dalam sebuah diskusi 'Black Campaign' di Jakarta pada Ahad (17/6).

Menurut Thamrin, tagline itu memang bagus dan sah sah aja dipakai siapa saja. "Kalau ada calon lain yang mempermasalahkan ini, mungkin ada apa-apanya," kata Thamrin.

Sebelumnya sejumlah LSM pendukung Fauzi Bowo memprotes iklan Hendardji pada sejumlah media massa di depan Kantor Panwaslu DKI Jakarta pada Rabu (30/5). Iklan itu dinilai mendiskreditkan Cagub Fauzi Bowo. Mereka juga menilai iklan tersebut tidak bermutu dan dilakukan sebelum masa kampanye resmi.

Kelompok LSM yang melapor di antaranya Asosiasi Musisi Tanah Air (ASMAT), Blueforces DKI Jakarta, Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GERAK), Komando Betawi Raya (KOBRA), Komunitas Betawi dan Komunitas Marsela.

Kemudian Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) memediasi konflik 'Berkumis' tersebut. Mediasi tersebut telah berlangsung sebanyak tiga kali. Pada mediasi ketiga, belum menemukan titik penyelesaian masalah.

Mediasi ketiga yang berlangsung pada Kamis (14/6) berakhir deadlock. Karena tim sukses Foke-Nara tidak melengkapi persyaratan administrasi yang dibutuhkan, padahal sudah diingatkan dari mediasi kedua.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement