REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Calon Gubernur DKI dari jalur independen Hendardji Soepandji mengaku belum menerima kartu pemilih pada pemungutan suara 11 Juli mendatang.
"Padahal sekarang ini H-2, tetapi saya beserta keluarga belum menerima kartu pemilih. Jumlah yang memiliki hak suara yang tinggal di rumah sebanyak sembilan pemilih. Ini bukti kinerja KPU lamban," kata Hendardji saat bertemu wartawan di Satay House, Mangkubumi, Jakarta Selatan, Senin (9/7).
Ia mengatakan, kondisi serupa dialami ribuan para pendukung nomor urut 2 yang hingga saat ini belum mendapatkan kartu pemilih. "Para pendukung nomor urut 2 tersebar di lima wilayah kota di Jakarta. Mereka belum juga menerima kartu pemilih," ujarnya.
Hendardji menegaskan, apabila persoalan distribusi kartu pemilih belum terselesaikan, maka pilkada DKI harus ditunda. "Persoalan ini menjadi bukti lambannya kerja KPU DKI Jakarta," tegasnya.
Ia memperkirakan Pilkada DKI 2012 akan berlangsung sebanyak dua putaran. Menurut dia, lembaga survei yang gencar menyuarakan Pilkada DKI berlangsung satu putaran, pasti dibayar. "Kalau satu putaran, pasti ada kecurangan," tututrnya.
Analisis politik tersebut, kata Hendardji, berdasarkan penelitian sejumlah lembaga survei independen bahwa perolehan dukungan 50 persen plus satu suara pada pilkada DKI 2012 sangat mustahil. "Mustahil karena pasangan Cagub/Cawagub yang bertanding sebanyak enam pasangan. Setiap pasangan memiliki pendukung," jelasnya.
Hendardji mengklaim telah mempersiapkan 15.059 saksi yang disebar di seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS) saat pencoblosan nanti. "Saksi akan dilatih untuk mengawasi proses penghitungan suara di TPS," paparnya.
Hendardji optimistis pasangan nomor urut dua akan meraup dukungan sekitat 1,5 juta pemilih. "Hitung-hitungannya jelas, kami targetkan 1,5 juta pemilih mendukung pasangan nomor urut 2," tambahnya.