REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pakar Politik UIN Syarif Hidayatullah, Saiful Umam, menyatakan kekalahan incumbent dalam pertarungan memperebutkan DKI 1 kali ini bisa saja disebabkan karena Partai Demokrat yang mendukungnya. Dukungan terhadap partai ini dinilainya semakin melemah.
"Itu bisa saja terjadi," jelasnya, saat dihubungi, Kamis (11/7). Demokrat dalam Pemilukada kali ini mendukung Foke sepenuhnya. Namun, dukungan tersebut tidak berarti apa-apa, karena tidak mampu membuat Foke unggul dalam pemilukada.
Kasus hukum dugaan tindak pidana korupsi Wisma Atlet, Jakabaring, Palembang, yang menyeret mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, diduga merupakan penyebab turunnya tingkat elektabilitas Partai Demokrat.
Pasalnya, berkat terungkapnya kasus ini dan kicauan terdakwa M. Nazaruddin, banyak petinggi Partai Demokrat lainnya yang turut terseret termasuk Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Selain masalah parpol, Saiful menjelaskan Foke kalah bersaing karena memang figur Foke bermasalah. Dia tidak mampu menjadikan Jakarta sebagai kota ideal. Jakarta masih saja dilanda kemacetan dan banjir.
Padahal, jelasnya, dua hal itu selama ini dijanjikan Foke untuk dapat teratasi sehingga Jakarta tidak lagi banjir dan tidak lagi dilanda kemacetan.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pimpinan Denny JA menilai Jokowi lebih unggul dalam pertarungan merebut kursi DKI 1 ketimbang calon gubernur lainnya. Data yang diperolehnya pada Rabu (11/7) siang ini mencapai 85,14 persen.
Jokowi unggul dengan perolehan suara 42,65 persen. Sementara cagub lainnya, Foke masih di bawahnya. Cagub berkumis ini mendapatkan 34,40 persen suara. Sedangkan Hidayat Nur Wahid, hanya 11,86 persen.