Selasa 24 Jul 2012 23:18 WIB

Yenny Wahid: Isu SARA Pujian Bagi yang Dituding

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Wahid Institute Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid mengatakan, isu Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA) dalam Pilkada DKI Jakarta 2012 sebagai bentuk pujian terhadap kandidat gubernur lainnya yang dikenai isu tersebut.

"Menurut saya, kalau sampai isu SARA itu dikembangkan artinya itu adalah sebuah pujian, karena tidak ada kritikan terhadap jejak rekam calon gubernur yang dikenai isu itu," ujarnya usai acara deklarasi Gerakan Perempuan Pro Birokrasi Bersih dan Melayani (GPP-BBM) di Jakarta, Selasa (24/7).

Zannuba Ariffah Chafsoh yang akrab disapa dengan Yenny Wahid mengatakan, melalui isu SARA akan menunjukkan karakter dan rekam jejak calon yang dizalimi dengan isu tersebut. "Saya percaya masyarakat DKI merupakan masyarakat yang rasional dalam memilih pemimpin. Itu yang paling terpenting," ujarnya.

Dalam Pilkada DKI 2012, Yenny mendukung salah satu kandidat yang menang dalam putaran pertama. "Saya mendukung kandidat yang meraih kemenangan fenomenal pada putaran pertama," ujar dia tanpa menyebutkan nama.

Putri mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid itu terus mendorong agar setiap pasang calon gubernur dan wakil gubernur tidak menggunakan isu SARA agar terciptanya sikap saling menghargai antarpemeluk agama. "Masyarakat jangan dibuat terkotak-kotak dengan adanya isu SARA," tegas dia.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, mengatakan bahwa pengawas pemilu harus turun tangan menghentikan isu mengenai SARA yang marak beredar menjelang berlangsungnya Pilkada DKI putaran kedua karena akan merusak tatanan demokrasi.

Pilkada DKI putaran kedua akan dilangsungkan 20 September dan diikuti dua pasangan calon yakni Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement