REPUBLIKA.CO.ID, Anwar Abu Lebdeh bersama tujuh rekannya bersenandung dan tampak semangat memasang potongan batu bata di dinding tanah. Dalam lumpur dan hujan deras, mereka kembali memperbaiki terowongan panjang dari Gaza menuju perbatasan Rafah di Mesir.
Denyut dan aktivitas ekonomi terbesar di perbatasan tersebut kembali bangkit, setelah delapan hari dalam gempuran udara Israel beberapa waktu lalu. Ramai warga mulai memperbaiki jalur-jalur terowongan untuk menyelamatkan hidup mereka dari isolasi dunia.
Terowongan bawah tanah merupakan satu-satunya jalan masuk semua kebutuhan pokok bagi 1,7 warga di Gaza. Terowongan sepanjang tidak kurang dari 12 kilometer yang menghubungkan Gaza dan dunia luar ini menawarkan semua kebutuhan. Mulai dari cokelat sampai dengan sepeda motor dari Cina, hanya dapat diupayakan melalui jalur terowongan ini.
"Ini sumber hidup kami. Ini adalah aktivitas untuk menyelamatkan hidup kami,'' Ladeh mengatakan demikian, seperti dilansir The Associated Press, Kamis (13/12).
Terowongan telah menjadi kunci bagi kehidupan dan perekonomian warga Gaza sejak 2007. Tidak ada pintu masuk menuju Gaza sejak Israel dan Mesir (era Husni Mubarok), menutup semua pintu perbatasan dan mengisolasi Gaza dari ramainya dunia.
Dengan blokade yang dilakukan Israel dan kegagalan diplomasi Mesir, menjadikan Gaza sebagai penjara terbesar di dunia. Tanpa pintu masuk, tanpa punya pintu untuk keluar. Israel mencurigai terowongan-terowongan tersebut adalah jalur ilegal masuknya persenjataan bagi Hamas.
Dalam perang kemarin, tidak kurang dari 500 terowongan yang berhasil mereka hancurkan melalui serangan rudal-rudal kendali. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam suatu konprensi pres pernah mengatakan, serangan udara ke situs-situs bawah tanah telah berhasil mengurangi kemampuan Brigadir Al-qassam, sayap bersenjata Hamas.
Terowongan-terowongan itu, kata dia, tidak lain adalah gudang persenjataan dan lalu lintas persenjataan ilegal yang didatangkan dari Iran. Hancurnya terowongan-terowongan dari dan menuju Gaza, via Rafah membuat mati perekonomian. Penghancuran adalah siasat untuk membunuh warga Gaza secara perlahan karena tidak akan ada pasokan pangan.
''Bantuan pangan internasional dan dari PBB lewat sana,'' relawan Indonesia, Nur Ikhwan mengatakan demikian, saat dihubungi, Kamis (13/12). Akan tetapi kata dia, sikap paranoid militer Israel itu membuat bantuan-pun terkadang tersendat. Alhasil kata dia, tidak ada pilihan lain selain kembali mengaktifkan terowongan-terowongan menuju Rafah, setelah sempat terhenti.