REPUBLIKA.CO.ID, Saat pasukan bersenjata oposisi mendapatkan kembali kekuatan dan menguasai sejumlah kawasan penting, unit-unit elit yang masih setia kepada Bashar al Assad menerima perintah mengerikan beberapa pekan lalu: mulai mempersiapkan kemungkinan penggunaan senjata kimia.
Memang secara bukti belum ada perintah untuk benar-benar mengekskusi serangan senjata kimia mematikan--bila sampai terjadi bakal menjadi yang pertama di Timur Tengah setelah 25 tahun. Belum pula ada kejelasan siapa yang telah memerintahkan persiapan stok gas sarin mematikan.
Namun informasi terbaru muncul mengenai mengapa pemerintah AS baru-baru ini memperingatkan Assad untuk tak menggunakan amunisi tidak wajarnya.
Majalah Wired, yang dirilis pekan lalu melaporkan bahwa pejabat AS melihat indikasi setidaknya militer Suriah telah mencampurkan dua bahan utama pembentuk gas sarin, dan pada kondisi memiliki stok yang siap dimuatkan ke pesawat untuk dijatuhkan sebagai bom kiamia.
Washington Post juga menambah detail terhadap laporan itu. Beberapa tentara elit menerima 'perintah khusus' untuk menyiapkan sejumlah senjata. Paling tidak satu unit tentara Suriah tertangkap dalam foto intelijen tengah menaikkan muatan ke 'kendaraan militer khusus' yang bisa saja digunakan mengangkut senjata kimia.
Persiapan itu sepertinya terhenti pekan lalu. Masih menurut Washington, "Tampak tak ada bukti bahwa senjata kimia yang diaktivasi diangkut oleh pesawat militer atau dikirim ke dekat posisi-posisi oposisi. Suriah memang mulai menembakkan sejumlah rudal Scud ke kantong-kantong oposisi. Meski Scud memiliki kemampuan mengusung hulu ledak kimia, namun militer belum sampai sejauh itu.
Sementara, Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta kepada wartawan pekan ini menyatakan tidak melihat indikasi terbaru dalam serangan kimia. Pernyaataan itu dipandang pengamat berdasar status laporan intelijen AS, bukan berdasar stok senjata Assad.
Namun Washington menulis bahwa AS masih mencemaskan bahwa ada potensi besar satu perintah untuk meluncurkan racun mematikan tanpa harus ada instruksi tertinggi dari rantai komando.
Kepala Komite Intelijen di Parlemen AS, Mike Rogers, kepada Reuters, menyatakan senjata kimia itu bisa digunakanan berdasar perintah setiap saat. Alasannya, situasi krisis di Suriah saat ini begitu mendesak berbeda dari sebelumnya.