REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN-- Harga ekspor minyak sawit mentah terus turun bahkan mendekati level terendah pada 2012 menjadi sekitar 760 dolar AS/metrik ton akibat masih berlangsungnya krisis ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa.
"Harga 760 dolar AS per metrik ton untuk pengapalan Januari 2013 itu tercatat terendah karena meski terus menurun, harga ekspor CPO itu sebelumnya masih di kisaran 800-an hingga 900-an dolar AS per MT (metrik ton)," kata Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapkindo) Sumut Timbas Prasad Ginting di Medan, Kamis.
Harga CPO di periode Mei-Juni sempat mencapai 1.000 - 1.180 per MT.
Tren menurunnya harga CPO itu masih merupakan dampak dari krisis finansial di Eropa dan Amerika Serikat (AS), di mana krisis itu menyebabkan melemahnya juga perekonomian negara lainnya seperti China dan India yang menjadi pembeli utama CPO.
"Yang mengkhawatirkan lagi adalah produksi sawit sedang banyak pula, sehingga diperkirakan harga bisa turun lagi," katanya.
Dengan tren menurunnya harga CPO di beberapa bulan terakhir 2012 ini, harga rata-rata CP0 sepanjang tahun ini diperkirakan hanya sekitar 900 dolar AS per MT . Harga rata-rata yang sebesar 900 dolar AS itu di bawah prakiraan semula yang 1.050 dolar AS per MT.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Asmar Arsyad, menyebutkan, harga TBS di tingkat petani pekan ini hanya sekitar Rp800 hingga Rp900 per kg dari sebelumnya yang masih di kisaran Rp1.200 per kg.
Petani berharap, harga jual CPO bisa segera membaik agar TBS juga naik lagi.
Kepala Seksi Ekspor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, Fitra Kurnia, menyebutkan, hingga November, nilai ekspor CPO hanya 2,81 miliar dolar AS dari volume ekspor sebanyak 3.482.705 ton.
Nilai ekspor tahun ini turun 22,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 3,62 miliar dolar AS dengan volume ekspor 3.893.133 ton. Dia menyebutkan, tujuan ekspor CPO Sumut antara lain ke China, India, Belanda, Singapura, AS dan Jerman.